RAMALLAH (Arrahmah.com) – Pada Selasa (24/4/2018) dokter telah mengamputasi kaki seorang bocah Palestina, Abdel Rahman Nawfal (12) yang menjadi viral setelah fotonya saat ditembak oleh pasukan “Israel” pada Selasa (17/4), dalam bentrokan di perbatasan Gaza, dibagikan secara luas di media sosial, sebagaimana dilansir Saudi Gazette.
Dia dipindahkan dari Gaza ke Tepi Barat untuk mendapatkan perawatan tetapi dokter tidak dapat menyelamatkan kakinya.
Berusaha tersenyum ketika dia berbaring di ranjang rumah sakit di Ramallah, Nawfal mengatakan dia telah melempari tentara “Israel” dekat perbatasan ketika dia ditembak.
“Teman-teman saya melempar batu ke tentara di dekat kamp Al-Bureij. Saya pergi bersama mereka dan mulai melempar batu,” katanya kepada AFP. “Segera setelah itu saya tertembak.”
Dia mengatakan dia bermimpi menjadi seorang dokter dan masih ingin mewujudkan impian itu.
Untuk pindah dari Gaza ke Tepi Barat, warga Palestina harus mendapatkan izin dari “Israel” yang menurut para aktivis sulit didapat.
Pada Jumat (20/4), remaja Gaza, Mohammed Ayoub dibunuh oleh penembak jitu “Israel” ketika mengikuti demonstrasi di perbatasan.
Kematian laki-laki berusia 15 tahun itu, dan pemuda lainnya yang terluka menuai tanggapan pedas dari seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“SANGAT LUAR BIASA untuk menembak anak-anak … #Anak-anak harus dilindungi dari #kekerasan,” tulis koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah Nikolay Mladenov di akun Twitter.
Militer “Israel” mengatakan pada Sabtu (21/4) bahwa mereka akan melakukan penyelidikan atas insiden itu, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Empat puluh warga Palestina di Gaza telah tewas sejak demonstrasi besar-besaran yang dikenal dengan The Great Return March dimulai pada 30 Maret.
Militer “Israel” mengatakan pasukannya hanya melepaskan tembakan untuk membela diri atau menghentikan para demonstran yang berusaha menembus pembatas yang memisahkan Gaza dari “Israel”.
“Israel” menuduh Hamas telah membahayakan anak-anak.
“Setiap minggu Hamas menempatkan anak-anak dan perempuan muda di garis depan kerusuhan, mengirim mereka ke pagar keamanan dan menggunakan mereka sebagai ‘perisai manusia’ untuk merealisasikan tujuan mereka,” ungkap sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (21/4).
“Israel” selama satu dasawarsa telah memblokade Gaza, yang dihuni sekitar dua juta penduduk, dengan alasan untuk mengisolasi para pemimpin Islam garis keras Hamas. (Rafa/arrahmah.com)