Oleh: Ustadz Muhammad Thalib
(Arrahmah.com) – Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu:
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ فِي السَّفَرِ وَيَفْطِرُ وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ لَا يَدَعُهُمَا
“(Nabi) Shalallahu ‘alaihi wa sallam terkadang puasa terkadang berbuka bila dalam perjalanan dan beliau tidak meninggalkan shalat qashar dua raka’at.” (HR. Ahmad no. 3673 CD dan Ibnu ‘Asakir)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu anhu, ia berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنْ هَذِهِ الَمدِيْنَةِ قَصَرَ الصَّلَاةَ وَلَمْ يَصُمُ حَتَّي يَرْجِعَ إِلَيْهَا
“Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bila meninggalkan kota Madinah, beliau meng-qashar shalat dan tidak puasa sampai kembali lagi ke Madinah.” (HR. Ahmad no. 5490 CD)
Penjelasan:
Hadits pertama menjelaskan bahwa bila Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam melakukan safar atau bepergian dan saat itu bersamaan dengan bulan Ramadhan, beliau terkadang berbuka puasa dan terkadang puasa.
Hadits kedua menjelaskan apabila beliau meninggalkan kota Madinah pergi ke tempat lain, beliau meng-qashar shalat dan tidak puasa Ramadhan selama dalam perjalanan. Setelah kembali ke Madinah beliau melakukan shalatnya dengan lengkap dan puasa.
Orang-orang yang mengadakan perjalanan atau safar pada bulan Ramadhan boleh memilih berbuka atau puasa. Keringanan ini diberikan agar musafir dapat memilih yang lebih baik bagi dirinya.
(arrahmah.com)