Oleh: Ustadz Muhammad Thalib
(Arrahmah.com) – Dari Jabir bin ‘Abdullah:
أَنّ رَسُولَ اللهٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ ، فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ فَصَامَ النَّاسُ ، ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، ثُمَّ شَرِبَ فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ : إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ صَامَ ، فَقَالَ : ” أُولَئِكَ الْعُصَاةُ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ “
“Sesungguhnya pada tahun kemenangan Mekah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pegi ke Mekah pada bulan Ramadhan dan beliau puasa sampai ke sebuah kampung bernama Kura’al Chamim dan para sahabat pun ikut puasa. Selanjutnya, di tempat ini beliau meminta sekendi air, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi sehingga orang banyak dapat melihatnya, lalu beliau minum. Kemudian ada yang berkata kepada beliau sesudah itu: “Sesungguhnya sebagian orang ada yang masih tetap puasa.” Beliau bersabda: “Mereka itu durhaka. Mereka itu durhaka.” (HR. Ahmad dan Muslim no. 1878 CD, dengan lafadz Muslim)
Penjelasan:
Seseorang yang tengah bepergian atau menderita sakit pada bulan Ramadhan tidak boleh memaksakan diri untuk terus puasa. Bila ia tetap melakukannya, sedangkan ia tak kuat puasa, berarti telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dikatakan demikian karena memasakan diri melakukan sesuatu adalah perbuatan zhalim kepada diri sendiri dan berbuat zhalim adalah dosa.
(arrahmah.com)