SYDNEY (Arrahmah.com) – Mengagumi cara Islam memperlakukan perempuan, Julia Moukhallalati, seorang wanita muda asal Sydney yang dibesarkan dalam keluarga Kristen Ortodoks, memilih untuk masuk Islam.
“Orang tua saya mendorong saya untuk menjadi Ortodoks, tetapi mereka tidak pernah memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya,” Moukhallalati, 22, mengatakan kepada The Sunday Telegraph Australia, Ahad (19/1/2014).
Julia Moukhallalati, yang memeluk Islam empat tahun lalu ketika ia baru berusia 18 tahun, menegaskan bahwa ia selalu tertarik dengan Islam dan caranya dalam memperlakukan perempuan.
“Setelah saya mulai belajar tentang hal tersebut, saya tahu bahwa saya harus menjadi bagian dari agama itu,” katanya.
Kepala Asosiasi Muslim Perempuan Australia, Silma Ihram juga memeluk Islam saat melakukan perjalanan ke Indonesia pada tahun 1976 di usianya yang ke 24 tahun.
Asosiasi tersebut memperkirakan dua pertiga dari mereka yang masuk Islam setiap tahun adalah perempuan, dengan lebih dari 60 persen masuk Islam karena suami atau pasangan mereka.
Sedangkan dalam kasus Moukhallalati, dia telah menemukan Islam sebelum bertemu dengan suaminya Raed yang keturunan Lebanon-Australia.
Moukhallalati melihat Raed untuk pertama kalinya saat bertanya tentang daging halal di sebuah restoran. Mereka menikah hanya tiga bulan setelah pertemuan tersebut.
Muslim telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, membentuk 1,7 persen dari populasi.
Moukhallalati menambahkan bahwa dia sangat senang memakai hijab, dan merasa tampak lebih cantik. Hijab menutup kepala tapi tidak otak, hijab menyingkap kecantikan akhlaq, dan bukan tubuh. Dengan hijab perempuan menjadi lebih terjaga, menjadi lebih mulia.
Menurut laporan yang dirilis oleh The Sunday Telegraph Australia, Ahad (19/1), sekitar lebih dari 100 orang – kebanyakan dari mereka adalah perempuan – yang masuk Islam di Sydney setiap tahun. (ameera/arrahmah.com)