KABUL (Arrahmah.id) – Imarah Islam Afghanistan menolak laporan terorisme tahunan Departemen Luar Negeri AS tahun 2022 tentang aktivitas al-Qaeda dan elemen-elemen ISIS di Afghanistan, yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri AS.
Juru bicara Imarah Islam, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada Tolo News bahwa dalam dua tahun pemerintahan Imarah Islam, tidak ada ancaman dari Afghanistan terhadap negara manapun.
“Imarah Islam Afghanistan telah secara serius memulai perjuangannya melawan fenomena apa pun yang memicu ketidakamanan di Afghanistan dan telah berdiri secara efektif. Oleh karena itu, Afghanistan aman. Mengekspresikan kekhawatiran tentang tanah Afghanistan tidak benar, kami menolaknya. Dan semua negara harus mengakui Afghanistan sebagai wilayah yang aman,” kata Mujahid, seperti dilansir Tolo News (2/12/2023).
Pada 30 November, Departemen Luar Negeri AS merilis sebuah laporan tertanggal April 2023 yang berfokus pada terorisme pada 2022 dan mengklaim bahwa Al-Qaeda, ISIS, dan kelompok-kelompok “teroris” regional lainnya tetap aktif di Afghanistan.
“Di Afghanistan, elemen-elemen Al-Qaeda, ISIS, dan kelompok-kelompok ‘teroris’ yang terfokus secara regional tetap aktif di negara ini. ISIS-Khorasan (ISIS-K) terus melakukan serangan teroris terhadap warga sipil Afghanistan, terutama anggota komunitas Syiah, dan Taliban. Pada 2022, ISIS-K melakukan serangan lintas batas di Pakistan, Tajikistan, dan Uzbekistan dan mempertahankan ambisi untuk menyerang Barat. Al-Qaeda dan afiliasinya, khususnya Al-Qaeda di Anak Benua India, juga tetap berniat -tetapi tidak memiliki kemampuan- untuk secara langsung menyerang Amerika Serikat dari Afghanistan,” demikian bunyi laporan tersebut.
Kurangnya kejelasan dalam kemampuan Imarah Islam untuk mencegah kegiatan kelompok-kelompok “teroris” juga dikritik dalam laporan tersebut.
“Meskipun Taliban berkomitmen untuk mencegah kelompok-kelompok ‘teroris’ menggunakan Afghanistan untuk melakukan serangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya, kemampuannya untuk mencegah elemen-elemen al-Qaeda, Tehrik-e-Taliban Pakistan, dan ISIS-K untuk melakukan operasi eksternal masih belum jelas,” klaim laporan itu.
Menurut para ahli militer, laporan AS ini tidak lepas dari pandangan politik negara tersebut terhadap Afghanistan.
“Laporan Departemen Luar Negeri AS, yang diterbitkan setiap tahun dan triwulanan, tidak buta terhadap posisi politik pemerintah AS,” kata Asadullah Nadim, seorang pakar militer, kepada Tolo News.
Hal ini terjadi ketika Pakistan mengklaim bahwa Tehreek-e-Taliban Pakistan dan kelompok-kelompok “teroris” lainnya memiliki tempat berlindung yang aman di Afghanistan -sebuah klaim yang selalu dibantah oleh Imarah Islam. (haninmazaya/arrahmah.id)