WASHINGTON (Arrahmah.com) – Anak-anak lebih aman tinggal di ibukota Afghanistan dibandingkan dengan London atau New York meskipun Afghanistan mengalami peperangan yang sudah berlangsung selama sembilan tahun ini, perwakilan NATO untuk urusan sipil menyatakan, dikutip AFP pada Senin (22/11/2010).
Komentar Mark Sedwill, mantan dubes Inggris untuk Afghanistan, ini dikritik oleh sebuah lembaga donor yang mengklaim terdapat banyak bahaya yang harus dihadapi oleh anak-anak di negeri yang memperoleh peringkat dua terbesar dalam kasus kematian bayi di dunia.
“Anak-anak mungkin lebih aman di sini daripada mereka di London, New York, atau Glasgow, atau kota-kota lainnya,” ujar Sedwill pada program Newsround, program televisi anak BBC.
Saat itu ia menanggapi sebuah pertanyaan mengenai bocah Afghanisan yang menyatakan bahwa mereka terancam dengan resiko bom yang meledak di jalan-jalan yang mungkin mereka lewati.
Sedwill menyatakan bahwa di Kabul dan beberapa kota besar Afghanistan hanya ada beberapa titik pemboman, lapor BBC.
Ungkapan Sedwill ini dianggap sesat oleh Save The Children, yang menekankan bahwa tingginya kematian anak di Afghanistan disebabkan oleh penyakit seperti pneumonia dan diare atau malnutrisi.
Afghanistan merupakan salah satu negeri muslim dengan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah, terutama di kalangan perempuan, tingkat buta huruf yang tinggi, kemiskinan, dan eksploitasi anak yang dinilai terus meningkat.
“Afghanistan merupakan tempat yang mengerikan untuk kelahiran seorang bayi,” kepala eksekutif Save The Children, Justin Forsyth, menyatakan, yang juga dikutip oleh BBC.
“Satu dari empat anak harus mengalami kematian sebelum usia mereka mencapai lima tahun,” tambahnya.
Bagi Sedwill, tanggapan dari Save The Children ini adalah tanggapan yang reaksioner dan ia menyarankan agar lembaga donor tersebut menyimak kembali ungkapannya.
“Bagi sebagian besar warga Afghanistan, tantangan terbesar mereka adalah kemiskinan, termasuk kekurangan air besar, malnutrisi, penyakit, dan masih banyak lagi hal yang lebih berbahaya daripada bahaya yang ditimbulkan oleh pemberontakan,” pungkas Sedwill. (althaf/arrahmah.com)