MOGADISHU (Arrahmah.com) – Politikus Somalia kembali dari negara-negara Arab dengan membawa tas berisi jutaan dollar uang tunai, namun laporan pengawas pemerintah yang dikeluarkan oleh Associated Press menemukan bahwa lebih dari 70 juta dollar AS tidak digunakan untuk memerangi “terorisme”, pembajakan atau kelaparan, uang tersebut hilang tanpa jejak.
Pembayaran secara tunai mendorong politikus untuk menggantungkan kekuasaan, sementara sedikit sekali perhatian mereka terhadap kebutuhan rakyat dan negara yang hancur karena perang selama dua dekade. Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan konstituen juga dapat memicu pemberontakan, ujar seorang pejabat.
“Politikus ingin menjaga status quo. Mereka mendapat keuntungan dari itu,” ujar Abdirazak Fartaag, kepala Unit Manajemen Keuangan Publik, sebuah badan pemerintah Somalia yang bertugas mengawasi pengelolaan uang negara.
Perdana Menteri Somalia mengaklaim kepada AP, pemerintah berusaha lebih transparan dengan bekerja dari anggaran dan membuat catatan publik.
Dalam laporan sebanyak 22 halaman yang dirilis Rabu (25/5/2011) dan diperolah secara ekslusif oleh AP, Fartaag mendokumentasikan pembayaran tunai yang datang dari Libya, Uni Emirat Arab, Sudan dan donatur lainnya pada tahun 2009 dan 2010, sebesar lebih dari 75 juta USD. Hanya 2,8 juta USD yang dicatat oleh pemerintah. Dasar laporannya ditulis berdasarkan wawancara dengan politisi yang menyaksikan pembayaran atau menerima uang di Mogadishu, ibukota Somalia.
Faartag mengatakan dalam laporannya bahwa pemerintah Somalia “kehilangan” lebih dari 300 juta USD dalam sekali pendapatan internal dari pelabuhan, bandara, perdagangan khat dan telekomunikasi ditambah dengan jutaan bantuan tunai dari negara Arab.
Penyelidikan AP secara terpisah menyatakan bahwa bantuan tunai dari negara-negara Arab terus diberikan di tengah kurangnya transparansi atas berapa banyak uang yang diterima politisi dan apa yang terjadi dengan bantuan itu.
Perdana Menteri (PM) Somalia, Mohammed Abdullahi Mohammed mengatakan kepada AP dalam sebuah wawancara di Mogadishu pada bulan April lalu bahwa pemerintah menerima bantuan tunai sebesar 5 juta USD tahun ini dari negara Timur Tengah, ia yakin itu berasal dari Uni Emirat Arab.
Tetapi Menteri Keuangan, Halani Hussein mengatakan di bulan yang sama bahwa ia menemani PM selama dua kali ke Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab di tahun ini dan ia melihat secara pribadi bahwa Mohammed menerima 5 juta USD dalam setiap pertemuan. Namuan dokumentasi
menunjukkan bahwa hanya satu pembayaran sejumlah 5 juta USD yang disetorkan ke Bank Sentral Negara. Pembayaran lainnya masih belum ditemukan.
Lihatlah betapa teganya para penguasa boneka itu, mereka meraup banyak keuntungan dari penderitaan rakyat Somalia. Mereka bersafari ke berbagai negara, merengek, meminta-minta bantuan, namun bantuan tersebut masuk ke dalam kantong mereka sendiri. Sedang rakyat Somalia terus mengalami penderitaan, kelaparan, kemiskinan dan persoalan lainnya. Jauh berbeda dengan Mujahidin Al Shabaab yang memberikan banyak bantuan kepada rakyat Somalia yang didapat dari para donatur Muslim. Selain mengangkat senjata untuk melawan tirani dan memperjuangkan tegaknya syariat, mereka juga berusaha mensejahterakan rakyat Somalia yang berada dalam naungan mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)