KAIRO (Arrahmah.id) – Seorang jurnalis Mesir dilaporkan ditangkap dan dibawa ke lokasi yang dirahasiakan setelah outlet tempat dia bekerja mengklaim telah mengungkap identitas warga Mesir yang berada di dalam pesawat yang membawa emas dan uang dari Kairo ke Zambia pekan ini.
Pasukan keamanan berpakaian preman menggerebek rumah Karim Asaad di Kairo timur pada dini hari Sabtu (19/8/2023), Matsada2sh, platform pengecekan fakta tempat Asaad bekerja, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam (19/8).
Pasukan keamanan secara fisik menyerang Asaad dan istrinya dan mengancam anak mereka sebelum menyita uang, barang berharga, dan perangkat elektronik mereka, menurut pernyataan itu.
Mereka juga memaksa Asaad untuk menghapus unggahan Matsada2sh tentang pesawat yang disita Zambia, sebelum membawanya ke lokasi yang dirahasiakan.
Matsda2sh didirikan pada 2018 oleh mendiang jurnalis Mohamed Aboul Gheit, selama dia tinggal di ibu kota Inggris, London. Platform ini dijalankan oleh sekelompok jurnalis Mesir tanpa afiliasi politik.
Pada Jumat (18/8), pihaknya mengklaim telah mengungkap identitas warga negara Mesir yang berada di dalam pesawat yang membawa lebih dari 600 batangan emas dan uang tunai hampir US$6 juta, termasuk seorang perwira senior militer Mesir.
Matsada2sh mengatakan mereka telah menjadi sasaran pelecehan negara Mesir jauh sebelum melaporkan identitas warga Mesir di dalam pesawat yang membawa uang tunai dan emas.
“Sebelum penangkapannya, satu-satunya pertanyaan yang mereka tanyakan terkait dengan liputan kami tentang berita pesawat Zambia-Mesir. Tapi eskalasi yang mengerikan ini dimulai sebelum berita pesawat itu muncul, dan selama beberapa bulan terakhir kami telah menghadapi kampanye kotor dan hasutan yang kejam serta tuntutan hukum terhadap platform kami dan stafnya,” bunyi pernyataan itu.
“Kami menganggap otoritas keamanan bertanggung jawab atas keselamatan kolega kami…bersama dengan anggota tim lainnya, dan kami menuntut agar pengacaranya diberi tahu tentang keberadaan Karim, kondisi penahanannya, dan dakwaan terhadapnya.”
Keberadaan Asaad tetap tidak diketahui pada saat publikasi artikel ini. The New Arab mencoba menghubungi istri Asaad untuk memberikan komentar, tetapi tidak dapat menghubunginya.
Mesir adalah salah satu penjara jurnalis paling produktif di dunia, dengan puluhan dipenjara atau dalam penahanan pra-sidang. Pada April tahun ini, Mesir memasukkan 33 jurnalis ke dalam daftar pantauan terorisme baru.
Sekitar 600 situs berita lokal dan internasional telah diblokir di Mesir. (zarahamala/arrahmah.id)