GAZA (Arrahmah.id) – Jurnalis foto Palestina Motaz Azaiza dievakuasi dari Gaza pada Selasa (23/1/2024) ke Qatar, setelah selamat selama 108 hari dari serangan militer “Israel” di wilayah tersebut.
Pria berusia 24 tahun ini telah mendokumentasikan kehancuran yang menimpa kota kelahirannya sejak dimulainya agresi terbaru “Israel” di Gaza pada Oktober.
Pada Selasa (23/1), ia mengunggah video emosional di akun media sosial miliknya, menjelaskan keputusannya untuk meninggalkan Gaza, tempat para jurnalis sering menjadi sasaran drone dan pesawat perang “Israel”.
“Ini terakhir kalinya Anda melihat saya dengan rompi [pers] yang berat dan bau ini. Saya memutuskan untuk mengungsi hari ini,” katanya.
“Mudah-mudahan saya segera kembali dan membantu membangun Gaza lagi,” tambahnya.
Azaiza mengungkapkan dirinya akan bepergian ke Qatar.
So,
I had to evacuate for a lot of reasons you all know some of it but not all of it.
Thank you all
Pray for Gaza. pic.twitter.com/sIqULe9d5V
— MoTaz (@azaizamotaz9) January 23, 2024
Azaiza telah menjadi salah satu tokoh paling menonjol dari Gaza di media sosial, menyampaikan berita rutin berbahasa Inggris kepada 18 juta pengikutnya di Instagram, yang menunjukkan kehancuran yang terjadi di wilayah tersebut.
Sebelum Oktober, Azaiza hanya memiliki 25.000 pengikut di Instagram, ketika ia mendokumentasikan kehidupan sehari-hari di daerah kantong Palestina yang terkepung.
Selama tiga bulan terakhir, gambar-gambarnya yang mengejutkan dan menyayat hati telah memberikan pandangan tanpa edit kepada orang-orang di seluruh dunia tentang agresi “Israel” di Gaza, yang diyakini telah menewaskan lebih dari 25.000 orang.
Di tengah laporan yang lebih mengerikan dan suram tersebut, terdapat gambaran sekilas tentang ketahanan warga Gaza: berbagi makanan, bermain sepak bola, dan pergi ke pantai.
Azaiza sering berbagi pemikiran pribadinya, mengungkapkan dampak buruk fisik dan mental yang ditimbulkan oleh agresi tiga bulan yang menimpanya.
“Semua tekanan pada kesehatan mental saya akan membuat saya membayar mahal di masa depan,” tulis Azaiza di X pada Desember.
Pengumumannya pada Selasa (23/1) diikuti dengan curahan dukungan dari para pengikutnya di media sosial.
“Motaz seorang diri mengubah cara dunia memandang Gaza. Dia membuka begitu banyak mata terhadap kengerian yang dihadapi rakyat Palestina setiap hari,” tulis salah satu pengguna X.
Karya Azaiza telah diakui secara internasional, dan TRT World Citizen menobatkan Azaiza sebagai ‘Communicator Awardee’ 2024 pada Sabtu (20/1).
GQ Timur Tengah menampilkannya sebagai ‘Man Of The Year’ 2023 pada November.
Terlepas dari berbagai penghargaan dan pengakuan internasional, hal ini tidak banyak mengurangi risiko nyata yang dihadapi oleh Motaz dan jurnalis Palestina lainnya di lapangan.
“Israel” telah membunuh sedikitnya 119 jurnalis di Gaza sejak 7 Oktober – yang berarti lebih dari satu jurnalis per hari, menurut Federasi Jurnalis Internasional.
Selama pemberitaannya, Aziaza menerima beberapa ancaman dari nomor telepon “Israel” yang tidak dikenal.
Jurnalis Al Jazeera Wael Dahdouh, yang selamat dari serangan udara “Israel” dan pembunuhan keluarga dekatnya, juga telah menuju ke Qatar melalui Mesir untuk dirawat karena luka-lukanya. (zarahamala/arrahmah.id)