JAKARTA (Arrahmah.com) – Hanibal Wijayanta, Jurnalis ANTV, mengungkap ‘dagelan’ operasi Detasemen khusus 88 Mabes Polri dalam penangkapan sejumlah orang yang dituduh terkait dengan ISIS. Dia mengungkap sejumlah kejanggalan dalam operasi tersebut. Demikian dilaporkan Viva News, Jum’at (27/3/2015).
Hanibal mengatakan, WNI yang dipulangkan dari Turki sebenarnya sudah tiba satu hari sebelum Polri menginformasikan bahwa mereka ini akan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, pada Kamis malam, 26 Maret 2015. Mereka diterbangkan dengan pesawat Turkish Airlines TKS 66 pada pukul 19.30 WIB.
Selain itu juga, setelah tiba pada Rabu, 25 Maret 2015, seluruh WNI ini langsung ditampung di NTMC Mabes Polri di MT Haryono, Jakarta Selatan. Mereka kemudian sengaja dibawa ke Bandara Soekarno Hatta karena polisi akan menggelar jumpa pers.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri, Brigadir Jenderal Agus Riyanto memastikan 12 WNI itu tiba malam tadi. Mereka langsung ditampung di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, untuk dilakukan pemeriksaan.
“Siapa yang bilang, itu tidak benar. Baru tadi malam datang dan mereka langsung dibawa ke Mako Brimob,” ujar Agus Riyanto di kantornya, Jalan Trunojoyo Jakarta Selatan, Jumat 27 Maret 2015.
Ditambahkan Hanibal, semula, Mabes Polri dan Interpol Indonesia akan mengumumkan keberhasilan mereka menjemput WNI yang dituding terlibat ISIS ini dalam sebuah konferensi pers. Tapi, Kementerian Luar Negeri RI memprotes karena merasa tidak dihargai kontribusinya. Karena itu, Polri batal menggelar jumpa pers.
Selain itu, 12 WNI yang dipulangkan sebenarnya bukanlah 16 orang yang ditangkap karena ingin menyeberang ke Suriah. Mereka sudah ditangkap lama sebelum kasus ini muncul.
Hanibal Wijayanta sebelumnya pernah juga mengungkap kejanggalan penggerebegan Densus 88. Dia kembali mengungkap hal itu melalui Facebook miliknya. Berikut tulisan Hanibal selengkapnya.
The Dagelan Continues…
Di tengah-tengah keriuhan berita tentang penggerebegan dan penangkapan para anggota ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah) di berbagai tempat di tanah air setelah seminar tentang ISIS di JIEX Kemayoran beberapa hari lalu, saya mendapatkan kabar bahwa nanti malam, sekitar pukul 19.30, 16 orang warga Indonesia yang ditangkap di Turki akan tiba di tanah air. Berdasarkan informasi yang berkembang, keenam belas orang itu datang ke Turki sebelum menyeberang ke wilayah Suriah, untuk bergabung dengan ISIS.
Tapi menurut seorang kawan yang bertugas di Markas Besar Polri, ke-16 orang itu bukanlah 16 orang yang dilaporkan menghilang oleh keluarganya dan berencana untuk ke Turki, pekan lalu. “Enam belas orang yang baru datang ini sebenarnya sudah ditangkap lama sebelumnya,” ujarnya. Sementara, dalam berbagai pemberitaan, ke-16 orang warga Surabaya, Solo dan Malang yang terdiri dari orang tua dan anak-anak itu digambarkan juga bahwa mereka akan bergabung dengan ISIS.
Kawan saya ini kemudian bercerita, bahwa sebenarnya ke-16 orang yang “akan tiba di Bandara Soekarno Hatta” nanti malam ini sebenarnya sudah tiba kemarin. Semula, Mabes Polri dan Interpol Indonesia akan mengumumkan keberhasilan mereka menjemput “para anggota ISIS” itu dalam sebuah konferensi pers yang mereka selenggarakan. Tapi rupanya, Departemen Luar Negeri Indonesia memprotes karena merasa tidak dihargai kontribusinya. Sebab, Departemen Luar Negeri merasa ikut membantu negosiasi untuk melepaskan ke-16 warga Indonesia yang ditangkap di Turki itu.
Karena mendapat protes keras, akhirnya Mabes Polri dan Interpol Indonesia mengurungkan rencana konferensi pers mereka. Keenam belas orang warga Indonesia yang sudah mendapat label sebagai anggota ISIS itu kemudian diangkut dan diinapkan ke National Traffic Management Centre (NTMC) Mabes Polri di jalan MT Haryono. “Skenarionya nanti mereka seolah baru datang, dan kemudian digelar konferensi pers bersama,” kata sumber di Mabes Polri tadi.
Sssttt… cerita tentang penangkapan di Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia pun sebenarnya lucu-lucu loh… Mulai dari yang ditangkap masih dalam status wajib lapor (dan rajin melapor), tapi dibikin drama dengan penangkapan heboh di depan Mall. Padahal kalau tidak ada niat show, polisi bisa langsung menangkap dia saat laporan mingguan ke polisi. Belakangan diketahui pula bahwa orang-orang yang disebut-sebut sebagai anggota ISIS dan ditangkap di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang kemarin juga masih dalam pemantauan polisi, dan bahkan dalam status wajib lapor.
Proyek baru tampaknya masih bikin kikuk polisi. Sebab, menurut seorang perwira berbintang satu di mabes Polri, sebenarnya polisi juga masih bingung harus memakai undang-undang apa untuk menjerat orang-orang yang baru datang dari Suriah. Polisi, dan BNPT memang sudah meminta Presiden Jokowi untuk mengeluarkan Perpu larangan ke daerah konflik, tapi Wakil Presiden Jusuf Kalla menolaknya… “Cukup undang-undang yang ada saja. Teroris kan selama dia berbuat jahat siapa saja harus dihukum. Tidak perlu pakai Perppu,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (26/3/2015).
To be continued…
(adibahasan/arrahmah.com)