BANBARDAN (Arrahmah.id) — Bangladesh dan Myanmar di ambang perang setelah junta militer menembaki etnis Rohingya dan warga Bangladesh.
Penembakan itu berlangsung hingga berminggu-minggu hingga membuat warga resah.
Mohammad Yunus, seorang warga Ghumdhum berusia 45 tahun di distrik perbukitan Bangladesh di Bandarban di sepanjang perbatasan Myanmar mengatakan dia tidak bisa tidur nyenyak selama berminggu-minggu.
Suara tembakan di perbatasan yang dilakukan militer Myanmar membuatnya ketakutan.
“Kami tidak bisa tidur di malam hari. Ada suara konstan tembakan senjata. Terkadang ada ledakan,” kata Yunus kepada Al Jazeera (23/9/2022) melalui telepon.
“Kami telah meninggalkan rumah kami dan pindah ke tempat kerabat. Kami takut akan nyawa kami,” katanya.
Penembakan dari Myanmar telah meningkatkan ketegangan antar kedua negara.
Selain itu, aksi militer Myanmar juga akan meningkatkan eksodus baru Rohingya ke Bangladesh serta mengurangi prospek pemulangan mereka ke Myanmar.
Pemerintah Bandarban mengatakan telah memulai proses relokasi sekitar 300 keluarga yang tinggal di Ghumdhum ke tempat yang lebih aman di pedalaman.
Tanah tak bertuan di daerah perbatasan juga menjadi rumah bagi sekitar 4.500 pengungsi Rohingya. (hanoum/arrahmah.id)