SINAI (Arrahmah.com) – Tentara junta Mesir mengklaim sedang menghancurkan “militan” Islam di Semenanjung Sinai, namun di desa-desa dan kota-kota di kawasan itu, kemenangan bagi Mesir terasa jauh.
Dalam kunjungan ke delapan desa di Sinai utara pada pekan lalu, seorang wartawan Reuters melihat kerusakan luas yang disebabkan oleh operasi militer, tetapi juga menemukan bukti bahwa ratusan pejuang berhasil memainkan permainan “kucing dan tikus” dengan militer terbesar di dunia Arab, lansir Daily Star (17/3/2014).
Warga setempat mengatakan Mujahidin-campuran dari penduduk Mesir dan pejuang asing-telah menguasai sekitar sepertiga dari desa-desa di wilayah tersebut dan sekarang mengambil perjuangan mereka lebih dekat ke Kairo.
“Tentara mengendalikan jalan utama tetapi tidak dapat masuk ke banyak desa. Hanya dapat menyerang mereka dengan helikopter,” ujar Mustafa Abu Salman yang tinggal di dekat desa Al Bars.
Banyak warga mengatakan operasi militer Mesir benar-benar menciptakan musuh baru bagi negara.
Tentara dan pemerintah mengklaim mereka telah berhasil mengalahkan “militan”.
Dalam upaya untuk menghentikan “aliran senjata ilegal”, otoritas interim Mesir telah menghancurkan ribuan terowongan yang menghubungkan Gaza dan Mesir dan menjadi satu-satunya jalan bagi warga Gaza untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sejak “Israel” memberlakukan blokade ketat.
Hampir setiap malam, helikopter Apache Mesir menembakkan roket ke rumah-rumah dan peternakan di Semenanjung Sinai yang mereka klaim sebagai tempat persembunyian Mujahidin.
“Kami sedang melakukan pekerjaan yang sangat baik namun itu tidak berarti kami telah benar-benar mengakhiri ‘terorisme’,” klaim juru bicara militer Mesir kepada Reuters.
Warga mengatakan taktik militer dengan menembakkan roket ke tempat yang diduga persembunyian Mujahidin telah gagal, karena Mujahidin telah menguasai medan. Mereka bergerak di sekitar desa dengan menggunakan lorong-lorong di mana sulit untuk dilihat dari udara.
Berdiri di samping dua pohon zaitun besar di luar desa Al Lafitaat, seorang Mujahid senior yang hanya menyebutkan inisial namanya dengan SA, menjelaskan kepada Reuters bahwa taktik kelompok mereka telah berubah.
“Di awal pertempuran, kami menggunakan pegunungan sebagai tempat persembunyian, tapi sekarang kami berada di desa-desa di antara penduduk karena lebih aman di sana,” ujarnya.
SA mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya menggunakan bom rakitan sederhana seperti botol selai yang diisi dengan dinamit. Perangkat disembunyikan di pohon-pohon zaitun atau pinggir jalan. Dia mengatakan para Mujahid menunggu di puncak butik untuk konvoy militer melintas dan kemudian bom mereka diledakkan menggunakan remote kontrol, menggunakan kartu ponsel.
“Kami menggunakan panci, teko dan kami mengepaknya dengan bahan peledak dan menghubungkan mereka ke timer dan kartu SIM dan kami menanamnya di jalan-jalan yang kami tahu digunakan oleh tentara,” ujar SA.
Ancaman bom pinggir jalan telah mendorong tentara memotong jaringan telepon seluler dan internet selama siang hari ketika kendaraan militer bergerak.
Serangan udara yang diluncurkan hampir setiap hari sejak kudeta militer yang menggulingkan Mursi, telah menghantam desa-desa seperti Al Lafitaat, di mana 12 rumah telah hancur atau rusak berat selama beberapa bulan terakhir.
Seorang wanita bernama Niima berdiri di samping sisa-sisa rumahnya bersama dua anaknya, mengambil barang-barangnya. Mengumpulkan bantal, kasur, beberapa piring dan kompor kecil dan menempatkan mereka di mobil bak terbuka. Dia mengatakan, suaminya dibunuh oleh tentara empat bulan lalu dan kini rumah mereka hancur dalam serangan udara.
“Kami ingin pergi ke tempat yang aman dengan anak-anak saya. Seperti yang Anda lihat, sebuah roket menghancurkan setengah dari rumah saya dan saya tidak ingin menunggu sampai setengah lainnya hancur.”
Warga mengatakan kampanye militer semakin meningkatkan sentimen anti-pemerintah pusat dimana populasi di Sinai telah merasa diabaikan oleh pemerintah pusat. Populasi Badui telah lama mengatakan pemerintah Mesir mengabaikan wilayah Sinai, gagal untuk menyediakan layanan dasar dan pekerjaan. (haninmazaya/arrahmah.com)