YERUSALEM (Arrahmah.com) – Mujahidin Jundu Ansarullah di Jalur Gaza meminta para anggotanya untuk melawan penangkapan pada hari Selasa (18/8), beberapa hari setelah angkatan bersenjata Hamas membunuh 24 anggotanya yang mendeklarasikan Emirat Islam di Palestina.
Syaikh Abdul Latif Abu Moussa, pimpinan Jundu Ansarullah, salah satu kelompok mujahidin yang selama ini dikaitkan dengan Al-Qaidah, membuat sebuah deklarasi pendirian Emirat Islam dan penegakan hukum-hukum Islam pada hari Jumat lalu di sebuah masjid di kota Rafah. Merasa jadi ancaman bagi kekuasaannya di Gaza, angkatan bersenjata Hamas kemudian melakukan tindakan kekerasan dan membunuh Abu Moussa dan 23 pengikutnya.
Dalam pernyataannya yang diumumkan pada hari Selasa (18/8), Jundu Ansarullah menyeru anggotanya untuk menggunakan kekuatan jika angkatan bersenjata Hamas mencoba menahan mereka.
“Orang-orang Hamas terus mengejar para pengikut kami di Jalur Gaza, merampok rumah-rumah mereka, namun hal itu tidak akan pernah berarti apa-apa karena para pejuang kami tidak akan membiarkannya begitu saja.”
Kelompok ini menolak tuduhan bahwa kelompoknya menerima dukungan dari Zionis Israel ataupun salah seorang tokoh terkuat Fatah, Muhammad Dahlan.
“Semua bantuan finansial bagi kami datang dari kelompok-kelompok Sunni yang ada di Palestina dan luar negeri secara suka rela.”
Jundu Ansarullah pun mencela Hamas dengan menyebutnya sebagai boneka demokrasi yang tidak bisa tidak terikat dengan kepentingan orang-orang kafir.
Pertempuran antara Jundu Ansarullah dan Hamas merupakan pertempuran paling mematikan yang terjadi antara Hamas, gerakan nasionalis Islam dengan kelompok-kelompok mujahidin yang berbasis jihad dan penerapan hukum-hukum Islam. (Althaf/mn/arrahmah.com)