GAZA (Arrahmah.com) – Beberapa hari lalu, berita mengejutkan datang dari Palestina. Setelah mendeklarasikan berdirinya Imarah Islam di Gaza di sebuah masjid dekat perbatasan Rafah pada jumat (14/8), kelompok mujahidin Jundu Ansarullah mendapat serangan dari tentara dan polisi Hamas. Dalam peristiwa ini, amir Jundu Ansarullah, Syeikh Abdel-Latif al-Mousa (Abu Noor al-Maqdisi) syahid (Insha Allah) terkena tembakan.
Hamas menyerang Jundu Ansarallah karena kelompok ini dinilai menyalahi aturan, dengan mendirikan Imarah Islam di Gaza, berarti Jundu Ansarallah menentang hukum yang berlaku, begitu menurut Hamas. Beberapa petinggi Hamas mengatakan kelompok ini sebagai kelompok “pengacau” yang ingin menyabotase hukum. Bahkan Hamas mengatakan bahwa kelompok ini sebagai kelompok takfiri, dan harus segera diberantas.
Selain itu, Hamas juga menyalahkan Jundu Ansarallah terkait peristiwa pemboman di sebuah pesta pernikahan di Palestina beberapa bulan lalu. Terkait hal ini, Jundu Ansarallah mengeluarkan statemen resmi yang dirilis di situs Resmi Jundu Ansharullah dan telah diterjemahkan oleh redaksi arrahmah.com sebagai berikut :
Mujahidin Berlepas Diri dari Ledakan-ledakan yang Ditujukan terhadap Kaum Muslimin
{ Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata. (An-Nisa: 112) }
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam atas utusan Allah. . .
Saudara Kami Kaum Muslimin yang mulia. . .
Kami tegaskan kepada saudara kami kaum Muslimin, bahwa Jama’ah Jundu Ansharullah dalam naungan Baitul Maqdis, berlepas diri secara total dari ledakan yang terjadi dalam acara pernikahan di kota Khan Yunis khususnya, dan seluruh peledakan dalam negri umumnya.
Dan kami tegaskan bahwa tujuan utama dari kabar-kabar seperti ini yang ditujukan kepada Jama’ah Jundu Ansharullah adalah untuk merusak citra Mujahidin, yang telah berulang kali menyatakan bahwa tujuan Jihad mereka adalah meninggikan kalimat Allah dan menolong nabi-Nya – shalawat dan salam atasnya –, membebaskan para tahanan kaum muslimin, dan menyatukan para mujahid ummat ini.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kami menegaskan sebagai berikut:
Pertama: Kami dalam Jama’ah Jundu Ansharullah berlepas diri secara total dari perbuatan-perbuatan seperti ini yang merusak Islam dan kaum Muslimin dan merusakan citra jihad kami yang diberkati.
Kedua: Bahwa menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran wajib atas setiap muslim bahkan ia adalah sumber kebaikan ummat ini, sebagaimana firman Allah ta’ala:
{ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar,. . . (Ali Imran: 110) }, dan firman-Nya juga: { Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl: 125) }
Ketiga: Bahwasanya kami benar-benar menjaga dari pertumpahan darah kaum muslimin dan menghindari fitnah yang nampak maupun tidak.
Keempat: Kami menyeru kepada seluruh ummat ini dan para ulamanya untuk melaksanakan kewajiban mereka untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan kebatilan, dan menasihati para pemuda, mengajak serta mengajarkan kepada mereka tentang agama mereka.
Kelima: Kami menyeru kepada para pemuda ummat ini agar bersegera menuju ke medan-medan Jihad, memerangi musuh-musuh Allah, dan menyingkirkan musuh yang menjajah negeri-negeri kaum muslimin, dan berjihad di jalan Allah untuk membebaskan tempat isra’ rasulullah s.a.w.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata: “Tiada yang lebih wajib setelah iman kepada Allah dari menyingkirkan musuh yang menjajah negeri-negeri kaum muslimin.” Dan ini tidak akan sempurna kecuali jika bersatunya hati para muwahhidin (orang yang bertauhid) dan terkonsentrasi upaya-upaya mereka.
Keenam: Kami katakan kepada kaum Mukminin agar mereka mengecek dan mengkonfirmasi sebelum masuk dalam urusan kehormatan dan darah saudara mereka para mujahidin. Allah berfirman: { Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujurat: 6) }
Ketujuh: Kami katakan kepada munafiqin dan murjifin yang selalu ada di mana pun dan kapan pun, kami katan kepada mereka, segeralah bertaubat kepada Allah sebelum ruh kalian dicabut sedangkan kalian dalam kondisi seperti ini – tidak mau menolong agama Allah dan mencerca para penolongnya –.
Kedelapan: Terakhir kami tegaskan bahwa kami akan tetap teguh –dengan izin Allah– atas agama kami, dan atas apa yang Allah janjikan kami atasnya sehingga kalimat Allah menjadi tinggi dan kalimat orang-orang kafir menjadi rendah, atau kami semua hancur dan kami mempersembahkan ruh kami dan harta kami dengan harga murah di jalan Allah.
Ujian dan cobaan adalah salah satu sunnatullah (ketetapan Allah), agar Allah mengetahui orang-orang yang benar di antara kita dan pembohong, dan bahwa manusia diuji sesuai dengan tingkat iman mereka, dan sungguh para nabi dan nabi kita yang utama – shalawat dan salam atasnya –, mereka adalah manusia yang paling berat ujiannya.
Allah berfirman: { Alif laam miim (1) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (2) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (3) (Ar-Ruum) }
Dan firman-Nya juga: { Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan [begitu saja], sedang Allah belum mengetahui [dalam kenyataan] orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (At Taubah: 16) }
Kami memohon kepada Allah agar meneguhkan kami atas kebenaran, dan mewafatkan kami dalam keadaan diridhai-Nya.
Allah maha besar dan kemuliaan hanya milik Allah, Rasul-Nya, dan kaum Mukminin.
Jama’ah Jundu Ansharullah
Dalam Naungan Baitul Maqdis
2 Sya’ban 1430 H / 24 Juli 2009 M
Semoga peristiwa ini dapat memberi pelajaran kepada ummat dan ummat dapat membedakan mana yang haq dan bathil. Perjuangan mengembalikan kemuliaan ummat harus diperjuangkan di atas manhaj yang benar dan dengan thariqoh (metode) yang benar pula. Sejatinya, memperjuangkan kemuliaan ummat dan tegaknya syariat Islam dengan berkompormi terhadap hukum kufur (demokrasi) tidak akan pernah menemukan keberhasilan, bahkan menjauhkan pejuangnya dari Qur’an dan Sunnah karena harus mengkompromikan segala hal dengan hukum buatan manusia yang berlaku. Wallahualam
(haninmazaya/POJ/fadly/arrahmah.com)