GAZA (Arrahmah.id) – Perkiraan jumlah warga Palestina yang tewas atau hilang di bawah reruntuhan akibat serangan militer Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza kini hampir mendekati jumlah orang yang tewas dalam pembantaian Srebrenica, kata Euro-Med kemarin.
Sekitar 7.000 warga Palestina—termasuk 2.812 anak-anak—telah terbunuh sejak 7 Oktober dan sekitar 1.755 lainnya hilang di bawah reruntuhan rumah mereka, kata kelompok hak asasi manusia tersebut.
Euro-Med Monitor memperingatkan bahwa apa yang terjadi di Gaza kini menjadi pengingat akan genosida Srebrenica yang terjadi pada 11-22 Juli 1995, selama perang Bosnia dan Herzegovina, yang dianggap sebagai salah satu pembantaian terburuk yang pernah terjadi di Eropa sejak Perang dunia II. Pembantaian tersebut terjadi di Kota Srebrenica, di mana 8.372 Muslim Bosnia kehilangan nyawa mereka, sebagian besar adalah laki-laki berusia antara 12 dan 77 tahun.
Tindakan “Israel”, kata kelompok hak asasi manusia, mengarah pada kampanye pemusnahan sebagai bentuk pembalasan terhadap seluruh penduduk, dengan menggunakan pemboman artileri berat terhadap daerah permukiman padat penduduk, rumah-rumah yang dihuni, dan pertemuan sipil yang menyebabkan jumlah korban sipil terbesar dibandingkan dengan perang sebelumnya di Gaza.
Serangan “Israel” disertai dengan penutupan menyeluruh Jalur Gaza dan pemadaman total bahan bakar, listrik, air dan bantuan kemanusiaan, yang mengancam bencana besar, kata Euro-Med Monitor.
Pemadaman listrik dan kekurangan bahan bakar berarti fasilitas kesehatan hampir runtuh, jelasnya, seraya menambahkan bahwa UNRWA memperingatkan bahwa mereka harus menghentikan operasinya mulai hari ini kecuali bahan bakar diizinkan masuk ke Gaza.
Selain itu, kekhawatiran serius juga muncul mengenai kemungkinan penyebaran epidemi besar di seluruh wilayah karena ribuan orang terpaksa meminum air yang terkontaminasi, dan fasilitas mencuci yang terbatas.
Pusat-pusat layanan kesehatan primer juga melaporkan lusinan kasus cacar air karena kepadatan di pusat-pusat penampungan, kurangnya air minum, dan kebersihan pribadi yang buruk. Kerawanan pangan menempatkan perempuan dan anak-anak—terutama ibu hamil dan menyusui—berisiko kekurangan gizi dan malnutrisi, yang dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh mereka dan membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan anemia, dan preeklampsia, Euro-Med Monitor memperingatkan.
Mereka menyerukan komunitas internasional untuk mengambil tindakan efektif untuk menghentikan apa yang telah menjadi kampanye genosida dan kelaparan di Jalur Gaza, yang akan menyebabkan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. (zarahamala/arrahmah.id)