AGAM (Arrahmah.id) – Sedikitnya 41 orang telah dikonfirmasi tewas setelah hujan lebat selama berjam-jam memicu banjir bandang dan aliran lahar dingin dari sebuah gunung berapi di Indonesia bagian barat pada akhir pekan lalu.
Seorang pejabat bencana setempat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 17 orang lainnya masih dinyatakan hilang setelah hujan lebat pada Sabtu malam menyapu abu dan batu-batu besar dari Gunung Marapi, gunung berapi paling aktif di pulau Sumatra.
Tiga orang hilang di kabupaten Agam dan 14 di Tanah Datar, dua daerah yang paling parah dilanda banjir dan merupakan tempat tinggal bagi ratusan ribu orang, kata Ilham Wahab, seorang pejabat dari badan penanggulangan bencana Sumatra Barat, kepada AFP.
Sekitar 400 orang, termasuk polisi, tentara dan regu penyelamat lokal, telah dikerahkan untuk mencari korban hilang, dengan menggunakan setidaknya delapan ekskavator dan pesawat tak berawak.
Marapi meletus pada Desember, menewaskan lebih dari 20 orang.
Lahar dingin, juga dikenal sebagai lahar, adalah material vulkanik seperti abu, pasir, dan kerikil yang terbawa ke lereng gunung berapi oleh hujan.
Hujan mengubah jalan menjadi sungai berlumpur, menghanyutkan kendaraan, dan merusak rumah dan bangunan lainnya.
Kerusakan jalan telah menghambat upaya penyelamatan.
Indonesia rentan terhadap tanah longsor dan banjir selama musim hujan.
Pada 2022, sekitar 24.000 orang dievakuasi dan dua anak tewas akibat banjir di Pulau Sumatra, dan para pegiat lingkungan menyalahkan penggundulan hutan akibat penebangan hutan sebagai penyebab memburuknya bencana tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)