HUBEI (Arrahmah.com) – Jumlah kematian dan kasus baru dari wabah virus corona di Cina melonjak tajam pada Kamis (13/2/2020) dengan 242 jiwa dilaporkan tewas dan hampir 15.000 pasien tambahan terdeteksi di provinsi Hubei.
Setidaknya 1.355 orang meninggal akibat wabah tersebut dan hampir 60.000 orang telah terinfeksi, ungkap komisi kesehatan Hubei.
Dilansir Daily Sabah, dalam laporan hariannya, komisi kesehatan Hubei mengkonfirmasi 14.840 kasus baru di provinsi Hubei, tempat wabah itu muncul pada bulan Desember.
Lonjakan besar tersebut terjadi setelah pejabat setempat mengatakan mereka mengubah cara mereka mendiagnosis kasus COVID-19.
Dalam pernyataan itu, komisi kesehatan Hubei mengatakan bahwa mulai sekarang akan memasukkan kasus-kasus yang “secara klinis didiagnosis terinfeksi virus corona” ke dalam data resminya. Hal ini menunjukkan bahwa kasus yang diduga akibat virus corona secara resmi masuk dalam data meski belum melewati tes asam nukleat standar.
Dari lonjakan angka yang begitu signifikan pada Kamis (13/2), data baru menyumbang 13.332 dari keseluruhan kasus dan hanya setengah dari jumlah kematian terbaru.
Komisi kesehatan Hubei mengatakan perubahan itu berarti pasien bisa mendapatkan pengobatan “sedini mungkin” dan “konsisten” dengan klasifikasi yang digunakan di provinsi lain.
Ia juga menambahkan bahwa perubahan tersebut dilakukan “karena pihak medis semakin paham mengenai pneumonia yang disebabkan oleh virus corona, berdasarkan pengalaman dalam mendiagnosis dan mengobati pasien terinfeksi virus tersebut”.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan pada Kamis (13/2), bahwa terdapat 44 orang lagi di kapal pesiar yang dikarantina di dekat Tokyo yang telah dinyatakan positif COVID-19.
Kapal, yang masih membawa lebih dari 3.500 penumpang dan awak kapal tersebut dilaporkan membawa 218 orang yang terinfeksi virus dari 713 orang yang diuji sejak kapal kembali ke Pelabuhan Yokohama pada 3 Februari.
Secara keseluruhan, kasus corona virus yang terjadi di Jepang berjumlah 247 kasus.
Menteri Kesehatan Katsunobu Kato mengatakan kepada wartawan bahwa lima dari pasien yang dikirim ke rumah sakit sebelumnya memiliki gejala parah, mereka harus menggunakan respirator buatan dan berada dalam perawatan intensif.
Kato juga mengatakan pemerintah telah memutuskan untuk mengizinkan penumpang berusia lebih dari 80 tahun untuk turun dari kapal jika mereka ingin melakukannya setelah pengujian terhadap virus corona menunjukkan hasil negatif.
Dia menambahkan bahwa hasil tes pada sekitar 200 penumpang yang memenuhi syarat sedang berlangsung, dan mereka yang memiliki masalah kesehatan kronis atau berada di kabin dengan jendela yang tidak dapat dibuka akan diberi prioritas.
Kato mengatakan langkah itu untuk mengurangi risiko kesehatan penumpang yang terjebak di kamar yang pengap. Mereka yang dibebaskan akan diminta untuk tinggal di fasilitas yang ditunjuk sampai akhir periode karantina.
“Kami melakukan yang terbaik untuk kesehatan anggota awak dan penumpang yang tetap berada di kapal,” kata Kato pada konferensi pers. (rafa/arrahmah.com)