JAKARTA (Arrahmah.com) – Setidaknya 254 orang telah meninggal di Indonesia sejak awal tahun ini karena demam berdarah, ungkap harian Tempo pada Rabu (8/4/2020). Jumlah ini sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah kematian akibat COVID-19, yang hingga Rabu (8/4) tercatat pada angka 221 jiwa.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, pada Ahad (5/4), mengatakan bahwa jumlah kasus DBD yang dilaporkan masih terus meningkat.
”Meski tidak ada daerah yang menyatakan KLB (kejadian luar biasa) DBD, kewaspadaan harus terus ditingkatkan, terutama untuk tetap menjalankan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Dengan kondisi bekerja dan belajar saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk lebih menggiatkan kegiatan bersih-bersih rumah dan lingkungan,” tuturnya.
Tercatat ada 39.876 kasus demam berdarah selama periode 1 Januari hingga 4 April 2020.
Tarmizi mengatakan bahwa provinsi Jawa Barat dengan 5.894 kasus, menjadi provinsi dengan kasus DBD terbanyak, disusul Nusa Tenggara Timur dengan 4.493 kasus, Lampung 3.682 kasus, Jawa Timur 3.045 kasus, dan Bali 2.173 kasus.
Di tengah pandemi COVID-19, Nadia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya koinfeksi atau infeksi ganda dari DBD dan Covid-19 dari satu pasien. Hal ini membutuhkan perhatian khusus, baik bagi pasien maupun petugas kesehatan.
Meski belum ada laporan resmi yang diterima terkait kejadian koinfeksi tersebut, petugas kesehatan tetap harus waspada jika ada pasien yang datang dengan gejala awal demam berdarah. Kewaspadaan ini juga terkait perlindungan pasien DBD dengan memastikan tempat perawatan terpisah dari pasien yang masih terduga ataupun terkonfirmasi Covid-19.
”Gejala awal memang hampir sama, yakni dengan demam. Namun, pada pasien Covid-19 biasanya akan lebih mengalami gejala seperti sesak napas dan batuk. Sementara pada pasien DBD, demam yang dialami biasanya disertai dengan bintik merah atau pendarahan lain seperti mimisan,” kata Nadia.
Di Indonesia, demam berdarah merenggut 1.598 orang pada tahun 2016, 493 orang pada tahun 2017, dan 344 orang pada tahun 2018.
Nyamuk pembawa malaria dan demam berdarah muncul lebih sering di Indonesia terutama di musim hujan yang terjadi antara Oktober dan April, sementara para ilmuwan memperingatkan suhu tinggi dan hujan yang berkepanjangan menyebabkan peningkatan perkembangbiakan nyamuk.
DBD adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk, yang ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis di seluruh dunia, sebagian besar di daerah perkotaan dan semi-perkotaan. (rafa/arrahmah.com)