JAKARTA (Arrahmah.com) – Presiden Joko Widodo dinilai memainkan momentum politik dengan masuknya waktu pembebasan bersyarat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Hal itu diungkapkan Pengamat Politik Jaka Setiawan.
Awalnya memang Ustadz ABB sudah menjalani 2/3 masa tahanannya, dan berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat.
“Pemerintah sekarang kita tahu tidak berpihak kepada ulama, kemudian mereka tidak menjalankan hukum dengan adil, kita bisa lihat banyak kasus-kasus yang menjerat para ulama memang kasusnya tuh penuh dengan paksaan,” ujar Jaka saat dihubungi Arrahmah.com, Selasa (22/01/2019) pagi.
“Kita semua bisa lihat sendiri, (pembebasan) ini tidak serius. Saya lihat ini hanya permainan momentum politik saja untuk meningkatkan elektoralnya Jokowi yang mulai melemah di umat Islam,” lanjutnya.
Jaka menilai, pemerintah tidak lagi murni berlandaskan hukum dalam membebaskan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Karena, menurutnya, Jokowi memiliki kepentingan politik untuk menghadapi pemilihan presiden 2019.
Menurutnya, kepentingan Jokowi adalah untuk meningkatkan elektabilitas, karena Jokowi tahu dukungannya dari umat Islam lemah.
Ia menjelaskan, keputusan untuk membebaskan Ustadz ABB sendiri, cukup ditentang oleh banyak pihak dari kalangan pemerintah sendiri. Pendukung pemerintah yang menolak, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri, seperti duta besar beberapa negara di antaranya Australia, disebutnya sudah mengeluarkan statemen tidak setuju atas keputusan Jokowi.
“Jadi sebenarnya dalam konteks politik, (pembebasan ini) tidak disepakati penuh oleh pemerintah dan pendukung-pendukungnya. Jokowi ini sebenarnya ingin mendongkrak elektabilitasnya ketika membebaskan Ustadz Abu, tapi tidak disepakati oleh pemerintah,” ujar Jaka.
Ketidaksepakatan itu terlihat dari kelompok maupun segmen yang ada di pemerintah. Sehingga atas ketidakkompakan itu, terungkaplah makar-makar di balik rencana pembebasan Ustadz Abu.
“Jadi mereka sebenarnya tidak ada urusan terkait berpihak sama ulama, itu omong kosong belaka, apalagi kebohongan itu dibesar-besarkan oleh salah satu tokoh kita sendiri, yakni Yusril. Kebohongan itu kan terbongkar sendiri dan Menkopolhukam membantah, jadi ini ga solid sebenarnya,” paparnya.
Alasan Jokowi memainkan isu pembebasan Ustadz ABB, sebut Jaka, adalah karena suara umat Islam sedikit, dan baik yang kultural maupun struktural sudah faham, jika posisi calon wakil presiden Jokowi yakni KH Ma’ruf Amin tidak dapat mendongkrak elektabilitasnya.
“Jadi umat Islam sudah tidak bisa ditipu lagi, mau dicapreskan Ma`ruf Amin, tetep ga akan mendongkrak elektabilitas Jokowi, sudah mentok, dan itu kebuntuan sebenarnya, ada kebuntuan elektoral di posisi Jokowi gitu,” tandasnya.
Karenanya, lanjut Jaka, untuk meningkatkan elektabilitas itu, Jokowi menggunakan berbagai cara termasuk upaya politisasi pembebasan Ustadz ABB, yang sebenarnya itu urusan hukum murni nggak ada kaitannya dengan politik.
Reporter: Muhammad Jundii
(ameera/arrahmah.com)