WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk sementara menghentikan beberapa jenis penjualan senjata ke sekutu-sekutu negara itu. Sumber di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Rabu (27/1/2021), menyebut langkah tersebut diambil karena Washington ingin melakukan evaluasi.
Evaluasi semacam ini adalah hal yang biasa dilakukan oleh pemerintahan yang baru.
Dalam pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Presiden dari Partai Republik itu membuat kesepakatan langsung, diantaranya pembuatan 50 unit jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin.
Kesepakatan itu dikunci beberapa saat sebelum Biden dilantik sumpah jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat.
Kementerian Luar Negeri untuk sementara menghentikan beberapa transfer di Kementerian Pertahanan dan penjualan dalam kerangka Foreign Military Sales dan Direct Commercial Sales agar pemerintahan berikutnya memiliki kesempatan untuk melakukan evaluasi
Jet tempur F-35 adalah sebuah komponen besar dari penjualan senjata teknologi tinggi dari General Atomics, Lockheed dan Raytheon Technologies Corp ke Uni Emirat Arab.
“Dengan adanya pergantian pemerintahan, semakin kecil kemungkinan kami mendapatkan izin untuk sebuah penjualan langsung senjata-senjata ofensif senilai sekitar USD 500 juta ke sebuah pelanggan di Timur Tengah,” demikian keterangan Raytheon Company, sebuah kontraktor bidang pertahanan, dilansir Reuters (26/1).
Sedangkan Duta Besar Uni Emirat Arab untuk Amerika Serikat, Yousef al-Otaiba, mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Pemerintahan Biden dengan melakukan pendekatan yang komprehensif demi mewujudkan perdamaian serta stabilitas di Timur Tengah.
“Paket F-35 lebih dari sekedar menjual perangkat militer (senjata) pada sebuah mitra. Sama seperti Amerika Serikat, ini memungkinkan pula bagi Uni Emirat Arab untuk mempertahankan diri dari agresi yang besar,” kata al-Otaiba. (Hanoum/Arrahmah.com)