BEKASI (Arrahmah.com) – Sejumlah pengurus Jurnalis Islam Bersatu (JITU) bersilaturrahim ke kantor IDC (Infaq Dakwah Center) di Kota Bekasi. Sabtu (7/2/2015). Silaturrahim berlangsung dengan akrab, Alhamdulillah. Pada kesempatan itu selain membahas berbagai tugas dakwah yang bisa dikerjasamakan, juga digunakan untuk tabayyun alias mengklarifikasi berbagai tuduhan miring yang beredar di sosial media terkait IDC.
Delegasi mujahid pena tersebut dikomandani oleh Ketua Umum JITU, Ustadz Agus Abdullah yang juga Redaktur Kiblat.net. Tak ketinggalan hadir Sekjen JITU Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi (Islampos.com), Kepala Divisi Investigasi dan Wacana Publik JITU Fajar Shadiq (Kiblat.net), Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan JITU Ibnu Syafaat (Hidayatullah.com) dan anggota JITU Ahmad Zainul Muttaqin (arrahmah.com).
Dalam suasana penuh keakraban, delegasi JITU disambut oleh Direktur IDC Abu Mumtaz, Ustadz Zahid Akbar (Direktur Program Tafizh Al-Qur’an IDC), Ahmed Widad (humas IDC), Impronuddin (Bagian Keuangan IDC), dan Andi Ramdhan (Relawan IDC). Beberapa pengurus IDC lainnya tidak bisa hadir karena sedang bertugas.
Fajar Shadiq, inisiator pertemuan mengungkapkan bahwa maksud kedatangan JITU untuk silatul ukhuwah, mempererat hubungan persaudaraan sesama Muslim.
“Sebelumnya kami sudah lama ingin bertandang ke sini karena bagaimanapun IDC dan JITU bagian dari umat. IDC di bidang sosial, JITU di bidang media. Kita silaturahim, karena kita baru saja selesai Musyawarah Kerja (MUKER) dan Pak Agus Abdullah terpilih dalam Syuro sebagai Ketua Umum JITU,” ujarnya dalam pertemuan di kantor IDC, Jl Veteran, Kota Bekasi, Jawa Barat.
JITU juga berharap bisa bekerjasama dengan IDC agar ke depan bisa saling berkontribusi untuk kepentingan Umat Islam.
“Kita berharap ke depan bisa bekerjasama JITU dan IDC, karena belum lama ini kita juga diundang dengan salah satu lembaga zakat di Surabaya, ada banyak hal yang kita bicarakan di sana. Nah, kalau yang jauh saja kita bisa bekerjasama kenapa yang dekat tidak,” kata Ustadz Agus Abdullah.
Salah satu bentuk kerjasama IDC dengan JITU adalah kerjasama di bidang penyebaran opini. Berbagai rilisan dari IDC bisa dibantu publikasinya melalui berbagai elemen media yang tergabung dalam JITU.
“IDC dan JITU bisa bakerjasama di berbagai bidang, kita lihat IDC memiliki berbagai program, di antaranya ada Gerakan Anti Riba dan Kristenisasi (GARR) dan lembaga tahfidz Al-Qur’an di penjara. Rilis-rilis IDC bisa kita bantu sebarkan di teman-teman JITU,” imbuh Fajar.
Abu Mumtaz menyambut baik maksud baik apa yang disampaikan delegasi JITU. Diharapkan dengan kerjasama ini program-program JITU maupun IDC bisa dinikmati manfaatnya lebih luas kepada umat Islam.
“Insya Allah kerjasamanya sangat baik. Relawan IDC sangat terbatas. Mungkin kita bisa minta tolong wartawan JITU kalau ada liputan di lapangan, terutama yang menyangkut berita keluarga mujahidin, bisa kita koordinasikan,” sambutnya.
Konflik antarmujahidin, IDC berdiri di mana?
Di antara pembicaraan serius yang dibahas dalam forum pertemuan JITU dengan IDC adalah terkait konflik antarmujahidin yang akhir-akhir ini kian melebar. Perselisihan antar pendukung dua kubu mujahidin di Timur Tengah, dampaknya sangat besar terhadap iklim pergerakan aktivis Islam di Indonesia.
JITU pun melakukan tabayun terkait adanya email surat pembaca yang masuk ke redaksi sejumlah media Islam yang menuduh IDC melakukan diskriminasi dalam menyalurkan bantuan.
“Ada imel yang masuk ke media-media Islam yang tergabung dalam JITU menyoal kebijakan IDC. Katanya IDC tidak mau membantu keluarga mujahid yang tidak pro ISIS,” ujar Zainul Muttaqin tanpa mau menyebutkan identitas pengirim imel.
Menyikapi hal itu, IDC mengapresiasi sikap wartawan JITU dari sejumlah media yang sudah bersikap bijak, untuk melakukan tabayun sebelum menaikkan berita tersebut. Dengan santai Direktur IDC menampik tudingan tersebut.
“Saya sudah tahu oknumnya, seorang ikhwan asal Solo yang sekarang di sijn Nusakambangan. Info itu sudah disebarkan ke sosial media. IDC sudah beritikad baik minta klarifikasi dari penulisnya, tapi dengan ketus dia bilang, ‘Urus saja urusan ente!’ Belakangan mereka mengirim utusan untuk menemui saya agar segera menemui mereka di Nusakambangan. Tapi saya tidak bisa memenuhi permintaan mereka karena IDC sangat padat,” papar Abu Mumtaz.
“Lha terus bagaimana sikap IDC menanggapi opini yang berkembang seperti itu?” timpal Zainul.
“Kalau ada donatur IDC yang menghentikan bantuannya kepada keluarga mujahidin setelah membaca fitnah itu, mereka harus bertanggungjawab di hadapan Allah di akhirat nanti,” sela Ahmed Widad.
“Ya biar saja ikhwan di sijn bilang apa aja tentang IDC. Para keluarga mujahid yang dibantu IDC semua tahu kok, kalau kita bantu semua pihak, tidak ada kaitannya dukung-mendukung kubu A atau B. Kita ini independen insya Allah,” ujar Abu Mumtaz sembari memaparkan data-data keluarga mujahidin tidak pro ISIS yang dibantu IDC.
“IDC bikin wisma keluarga syuhada dan mujahidin, penghuninya terdiri dari berbagai macam kubu. Kita bikin berbagai event nasional untuk keluarga mujahidin, pesertanya juga dari berbagai macam kubu,” tambahnya.
Menyikapi imel yang menuduh penyaluran bantuan IDC tidak merata, Abu Mumtaz mempersilahkan untuk menghubungi IDC, tidak malah mengumbar fitnah di media. “Nomor HP direktur IDC tersebar luas di media. Silahkan aja lapor kalau ada ummahat yang butuh bantuan. Nanti kita survey langsung. Saya jamin dalam survey tidak akan ada pertanyaan ‘Anda pro A atau pro B?” jelasnya berkelakar.
Usai bincang-bincang santai soal pengalaman kerja jurnalistik di lapangan dan banyak hal yang bisa dikerjasamakan, acara ditutup sekira pukul 23.00 WIB. Semoga silaturrahimnya jadi persaudaraan yang berkah dan bermanfaat untuk izzul islam wal muslimin. (azmuttaqin/ahmedwidad/arrahmah.com)