(Arrahmah.com) – Beberapa hari yang lalu tersebar sebuah video yang menampilkan khutbah seorang khatib Jamaah “Daulah Islamiyah” atau kelompok Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.
Dalam khutbahnya ini, khatib ISIS itu mengklaim bahwa seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di tengah kita (masih hidup) pada hari ini dan beliau menjumpai Daulah (ISIS), tentu beliau akan bergabung dengan kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi tersebut.
Klaim ini pun langsung dijawab dengan tegas oleh Syaikh Abu Qatadah Al-Filishthini dalam rilisannya. Berikut terjemahan jawaban tegas Syaikh Abu Qatadah tersebut, yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Sabtu (21/2/2015):
JAWABAN TEGAS TERHADAP ORANG YANG MERASA BINGUNG
DENGAN PERKATAAN SANG KHATIB GHULAT YANG DURJANA
Oleh: Syaikh Abu Qatadah Al Filishthini
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan siapa saja yang loyal kepada beliau, amma ba’du:
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بَِٔايَٰتِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢١
“dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.” [Al An’am: 21]
فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بَِٔايَٰتِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡمُجۡرِمُونَ ١٧
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya, Tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.” [Yunus: 17]
Sungguh sangat keterlaluan apa yang telah dikatakan oleh khatib Jamaah Daulah Al Baghdadi, ia mengatakan seandainya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ada di tengah kita pada hari ini dan beliau menjumpai mereka (Daulah), tentu beliau akan menjadi pengikut Daulah batil mereka.
Perkataan ini menunjukkan keegoisan orang-orang bodoh itu dan keserampangan perkataan mereka. Jika perkataan ini diucapkan oleh salah satu anggota mereka yang awam, tentu respon yang diberikan kepadanya adalah memintanya untuk bersikap disiplin, meralat perkataannya dan tidak mengulanginya kembali. Namun perkataan ini keluar dari mulut orang yang ditokohkan dan menjadi panutan di kalangan mereka, orang ini tidak tahu harus berkata apa untuk merespon keburukan mereka, kerendahan mereka dan kenistaan yang ada pada mereka.
Reaksi yang benar terhadap perkataan ini bukan lagi hanya dengan menyatakan pandangan hukum syar’i terhadapnya, karena ini jelas-jelas sebuah perkataan kufur yang pelakunya harus diminta untuk bertaubat. Jika kita menuruti cara para ghulat itu dalam memutuskan hukum, tentu kita sudah menyatakan bahwa seluruh Jamaah Al Baghdadi adalah murtad, dan kelompok itu adalah kelompok kafir dan murtad, berdasarkan cara mereka dalam mengkafirkan lawan-lawan mereka. Karena sebagaimana yang sudah diketahui, mereka mengkafirkan Jabhah Nushrah berdasarkan asas-asas dan dasar-dasar yang batil.
Akan tetapi agama kita pantang menerima sesuatu selain kebenaran, yaitu dengan mengharuskan orang itu bertaubat dari perkataannya yang telah menistakan Al Musthafa Shallallahu alaihi wa sallam, karena seorang muslim wajib untuk tidak menduga-duga suatu kebatilan terhadap diri Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam, maksud kebatilan di sini adalah kebatilan yang pasti, bukan kebatilan yang masih diragukan, yaitu menggambarkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pengikut orang lain, ini adalah kekufuran yang nyata, yang tidak akan diucapkan oleh seorang muslim yang berakal.
Karenanya kami katakan kepada orang sombong yang menjadi panutan di kalangan mereka ini; bertaubatlah kepada Allah, silahkan banggakan Daulahmu sesuka hatimu, namun jangan menentang Rasul kita dan jangan pula membuat perumpamaan yang batil terhadap beliau, karena Allah berfirman:
فَلَا تَضۡرِبُواْ لِلَّهِ ٱلۡأَمۡثَالَۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٧٤
“Maka janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [An Nahl: 74]
Makna ayat ini juga berlaku bagi Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam, maksudnya, makna ayat ini adalah melarang memberikan perumpamaan yang batil terhadap sesuatu yang agung dalam agama kita, dan menggambarkan bahwa Rasul kita mengikuti orang lain, baik itu dalam hal tertentu, atau dalam loyalitas kepemimpinan, yang mana gambarannya tersebut mengandung kesesatan dan kekufuran.
Kemudian sebagaimana yang telah diketahui, bahwa tidak ada satu amalan pun yang ada pada hari ini, kecuali ia mempunyai kemungkinan untuk benar dan salah, karena amalan itu terjadi pasca kepergian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Yang tersisa tinggallah para ulama yang melakukan ijtihad, dan mereka tidak pernah mengatakan bahwa ini adalah pilihan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali jika ia disebutkan dalam nash yang bersumber dari beliau.
Sedangkan Daulah mereka yang batil itu, tidak ada nash mengenainya yang sesuai dengan perkataan orang ini (si khatib Daulah), perkataan ini hanyalah sebuah tindakan ijtihad, dan menurut kebanyakan ulama, mereka adalah orang-orang yang sesat.
Bagaimana bisa ia mengucapkan perkataan buruknya itu? Jika setiap orang dibolehkan untuk mengucapkan perkataan seperti ini sesuai dengan seleranya, tentu ini merupakan penghinaan besar terhadap Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam, karena setiap orang akan menggambarkan apa saja yang ia sukai mengenai diri Rasul kita. Tentu ini merupakan kesesatan dan kekufuran sesuai dengan kesepakatan.
Perkataan yang keluar dari khatib yang bodoh sekaligus sombong ini menunjukkan status kebodohan mereka, pemahaman yang benar menunjukkan bahwa mereka memposisikan diri mereka sejajar dengan kedudukan Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga siapa saja yang memusuhi mereka, maka ia memusuhi Rasul kita, sedangkan siapa yang sepakat dengan mereka, maka ia telah menyepakati Rasul, memang sikap ini tidak mereka nyatakan, namun kenyataan lah yang mengungkapnya. Itu sebabnya di antara penyebab cepatnya penulis (Syaikh Abu Qatadah) mengungkap kesesatan mereka dalam perkataan ini adalah, saya mendapati bahwa mereka memusuhi pihak lain dikarenakan pembahasan yang masih mentolerir perbedaan pendapat, yaitu pembahasan mengenai keimarahan serta siapa yang berhak atasnya, hingga pembahasan mengenai hal-hal prinsipal dan vonis kafir.
Dan bagi penuntut ilmu, ini adalah pembahasan terbesar untuk mengetahui bahwa mereka adalah ghulat. Saya tidak bisa mengatakan bahwa mereka khawarij, karena kaum khawarij adalah orang-orang yang jujur dan berbudi luhur, sedangkan mereka adalah orang-orang yang nista, penuh tipu daya, dan pendusta, tudingan ini saya berikan ketika saya mendengar salah seorang yang bodoh di antara mereka berkata:
“Sesungguhnya khalifah ini adalah khalifah yang dimaksud di dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: ‘…perangilah orang yg mendurhakaimu bersama orang yg menaatimu…’..”
Ia mengatakannya namun ia tidak sadar bahwa ia telah membeberkan trend terbesar yang tengah mereka obrolkan. Orang bodoh ini tidak tahu bahwa kata-kata dari nash di atas berasal dari sebuah hadits qudsi yang difirmankan oleh Rabb kita kepada Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam, maksud dari ketaatan di atas adalah masuk islam, sedangkan maksud dari mendurhakai adalah memutuskan untuk tetap kufur, namun mereka mengadopsi arti hadits tersebut bagi khalifah mereka, dan perkataan di atas adalah persis seperti yang diucapkan oleh si khatib palsu itu.
Dan inilah penyebab keghuluwan mereka dan penghalalan mereka terhadap darah para penentang mereka, khususnya para mujahidin. Bagaimana bisa para mujahidin anggota suku yang menolak untuk bergabung membaiat khalifah mereka dianggap sesat dan pendusta?!
Ini bukan persoalan memanfaatkan perkataan orang bodoh untuk menjatuhkan mereka, akan tetapi ini adalah kesempatan untuk menyadarkan setiap orang berakal yang masih mengira bahwa ini adalah Daulah khilafah yang akan melindungi kaum muslimin dan menegakkan syariat Allah, serta menjelaskan bahwa sebenarnya keburukannya tidak akan menimpa kecuali kepada kaum muslimin, jika sudah demikian, maka seharusnya secara otomatis orang itu tau siapa yang akan menolongnya. Disebabkan kondisi umat yang lemah, umat menderita dua hal dari musuhnya, maka apalagi dengan orang memberikan alasan pembenaran kepada musuh untuk lebih mencelakakan dan memusnahkannya.
Sesungguhnya negara yang tidak ada bentuknya itu, negara yang meletakkan dirinya pada kedudukan syariat dan menganggap statusnya sama dengan status Rasul itu, adalah negara yang tidak ada taufiq dan hidayah di dalamnya. Pilihan-pilihan dan sikap-sikap mereka sungguh menunjukkan bahwa kondisi mereka hina, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab-kitab tauhid, atau lawan kata kemuliaan, karena jika kemuliaan diibaratkan dengan seseorang yang meletakkan tangannya pada kepala seorang yang sakit, maka ia akan sembuh. Adapun kehinaan diibaratkan dengan orang jahat yang meletakkan tangannya pada seorang pasien yang mencari kesembuhan, namun bukannya si pasien sembuh, rambut yang ada di kepalanya justru berguguran. Seperti inilah Daulah yang sesat, bid’ah dan durjana itu, tidaklah ia meletakkan tangannya pada suatu tempat, kecuali pasti rusak. Dan tidaklah ia menentukan suatu pilihan, kecuali ia bertujuan untuk melakukan penghancuran dan penghapusan. Mereka hanya berpindah dari satu kekeliruan ke kekeliruan lainnya, berpindah dari satu kehinaan ke kehinaan lainnya.
Siapa saja yang mengetahui keadaan dan pilihan-pilihan para ghulat itu, dan mencoba untuk mengungkap boroknya di hadapan manusia pada tahap awal perkembangan kelompok itu, maka semua orang akan merasa heran dengan orang tadi. Akan tetapi pada hari ini, semua orang sudah mengetahui penyakit mereka dengan jelas, kecuali orang yang terkena rabies seperti mereka. Karena penyakit anjing yang satu ini apabila sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, maka ia akan terus menyebar hingga ke seluruh tubuh. Maka terhadap orang-orang seperti itulah kami memohon kepada Allah agar menghindarkan diri kita dari keburukan mereka, amin.
Sesungguhnya penuntut ilmu di dalam agama kami pasti tahu bahwa dosa terbesar adalah berkata dusta dengan mengatasnamakan Allah, dan khatib ini telah mengucapkannya, perbuatan mereka juga tergolong ke dalam jenis dosa ini, mereka mengkaitkan agama kita dengan sesuatu yang bukan bagian darinya, dalam urusan yang paling besar, yaitu iman dan kufur, dimana mereka mengkafirkan manusia-manusia terbaik di zaman ini, yaitu para mujahidin, Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بَِٔايَٰتِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢١
“dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.” [Al An’am: 21] di dalam ayat ini Allah telah mendahulukan penyebutan dosa membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, dari penyebutan dosa mendustakan ayat-ayat-Nya.
Allah juga mengurutkan beberapa dosa di dalam surat Al A’raf:
قُلۡ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلۡإِثۡمَ وَٱلۡبَغۡيَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَأَن تُشۡرِكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَٰنٗا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٣
“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”” [Al A’raf: 33]
Saya ingin mengatakan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para salaf, mereka mengurutkan dosa dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, dan mereka menempatkan dosa mengatakan sesuatu yang tidak kita ketahui mengenai Allah pada urutan kedua setelah dosa kufur kepada Allah, kemudian muncullah si khatib melakukan dosa ini, sama seperti pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan negara gadungannya itu dalam menyikapi para penentangnya, dosa seperti ini akan menyebabkan Allah mempercepat datangnya siksaan bagi pelakunya, karena Allah mencintai pembebasan dosa sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam Shahihain, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu ia berkata: RasulullahShallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لَا أَحَد أَغْيَر مِنْ اللَّه مِنْ أَجْل ذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِش مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا أَحَد أَحَبّ إِلَيْهِ الْمَدْح مِنْ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ مِنْ أَجْل ذَلِكَ مَدَحَ نَفْسه وَلَا أَحَد أَحَبّ إِلَيْهِ الْعُذْر مِنْ اللَّه مِنْ أَجْل ذَلِكَ بَعَثَ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
“Tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu daripada Allah; Karena itulah Dia mengharamkan segala yg keji baik yg nampak maupun yg tak nampak. Dan tidak seorangpun yang lebih senang dipuji daripada Allah ‘azza wa jalla; oleh karena itu Dia memuji Diri-Nya Sendiri, Dan tak ada seorang pun yg melebihi kesukaan Allah Azza wa Jalla terhadap pembebasan dosa; oleh karena itu Dia mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan”
Sedangkan Daulah menolak pembebasan dosa, inilah yang menjelaskan perkataan saya bahwa mereka adalah ‘gelembung’, dan saya yakin bahwa Allah tidak akan memberikan tenggat waktu terhadap dosa yang kejam semacam ini.
Khatib ini telah meletakkan sebuah judul yang besar bagi mereka, perkataannya ini membuka mata manusia akan kesesatan mereka dan manhaj mereka, bukan karena kredibilitasnya yang catat, akan tetapi sebenarnya ini adalah penjelasan dari manhaj mereka, bahwa mereka menyamakan kedudukan mereka dengan Rasul kita dalam hak menentukan pilihan dan bertindak, siapa saja yang sepakat dengan mereka, maka ia muslim, dan siapa saja yang menyelisihi mereka maka ia kafir, kami berlindung kepada Allah dari kedustaan terhadap Allah ini.
Ya Allah segala puji bagi-Mu, karena saya dapat menyampaikan hujjah kepada ciptaan-Mu mengenai para pendusta atas nama-Mu itu, dan atas agama Rasul-MuShallallahu alaihi wa sallam itu.
Fitnah mampu menyingkap kadar keilmuan seseorang, menyingkap dakwaan dan kedustaan, membersihkan barisan orang islam dari berbagai macam penyakit dan kerusakannya. Daulah sekarang sudah berada di ambang kematian dan kehancurannya, jadi saya tidak mengkhawatirkannya, yang saya khawatirkan adalah apa yang akan terjadi setelahnya, yaitu ujian yang harus dihadapi oleh umat islam, sebuah ujian yang serupa dengan ujian Daulah ini, ujian yang bisa berkembang dengan cepat di zaman yang mana informasi dan alat komunikasi telah tersebar luas.
Ya Allah, dukunglah umat islam dan para mujahidin yang berjuang di jalan-Mu, berilah mereka kebaikan, dan segala puji bagi Allah rabb semesta alam.
Disunting dan disebarluaskan oleh Abu Abdullah Qatadah.
Teks Arab Asli: https://twitter.com/sheikhabuqatada
(aliakram/arrahmah.com)