MALI (Arrahmah.com) – Pasca 48 jam setelah pengumuman resmi pembebasan pemimpin oposisi Mali, Soumaila Cissé dan tiga sandera Eropa, termasuk relawan kemanusiaan Sophie Pétronin, kalangan jihadis Mali nampak merayakan peristiwa tersebut.
Perayaan dibebaskannya 200 jihadis yang disertai juga pembayaran uang tebusan 30 juta Euro ini dihadiri pemimpin kelompok Jama’a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM), Iyad Ag Ghali.
Mereka yang dibebaskan pun nampak duduk di antara puluhan kambing guling, minuman, serta piring berisi berbagai jenis makanan.
Pertukaran ini dianggap sebuah keberhasilan besar karena setelah bertahun-tahun tidak pernah ada pembayaran tebusan dan pembebasan tawanan sebesar kemarin.
“Negosiasi itu tidak mudah … mereka sangat rumit,” ujar salah satu sumber sebagaimana dikutip dari Sahara Media pada Ahad (11/10/2020).
Sahara Media mengungkap bahwa mediasi pertukaran dimulai atas prakarsa seorang pengusaha asal Mali yang memiliki hubungan khusus dengan Soumaila Cissé. Di saat yang sama, pemerintah ingin membebaskan Cissé untuk meraih keuntungan politik mengingat suasana pemilu dan kondisi negara yang sedang ricuh.
Intervensi pengusaha tersebut membuat Presiden Keita menyerahkan menugaskannya untuk melakukan negosiasi dengan pihak JNIM.
Negoisasi dengan JNIM akhirnya dilakukan dengan bantuan pengusaha Mauritania Ould al-Imam al-Syafi’i yang memiliki pengalaman hebat dalam bernegosiasi. Sebelumnya telah berpartisipasi dalam beberapa negosiasi lebih dari sepuluh tahun yang lalu untuk membebaskan sandera.
JNIM yang didirikan pada 2015 merupakan hasil peleburan empat kelompok jihad: Ansar Dine, Macina Liberation Front, Al-Mourabitoun, dan Al-Qaeda Islami Magrib (AQIM).
(hanoum/arrahmah.com)