International Jihad Analysis – Lembah Swat, Rabu, 15 April 2009. Mujahidin Taliban Pakistan di hadapan ribuan pendukungnya mendeklarasikan penerapan syari’at Islam di sebuah wilayah yang berjarak sekitar 160 km dari Islamabad, ibu kota Pakistan. Penerapan syari’at Islam di Lembah Swat diprediksi menjadi momentum kemenangan mujahidin Taliban Pakistan melawan pemerintahan sekuler Pakistan.
Penerapan syari’at Islam di Lembah Swat dilakukan setelah pemerintah sekuler Pakistan sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi dalam menahan laju perjuangan dan serangan mujahidin Taliban Pakistan. Sebenarnya, sejak bulan Februari lalu, pemerintahan sekuler Pakistan telah menyerahkan kendali kepada mujahidin Taliban Pakistan. Kini, pos polisi dan tentara sekuler Pakistan hanya tinggal bangunan-bangunan kosong.
Salah Sebuah Pemandanagn Di Lembah Swat, Pakistan
Upaya penerapan syari’at Islam oleh Mujahidin Taliban Pakistan secara agresif terus dilakukan dan kini mulai bergerak dari daerah barat laut ke propinsi Punjab, Sindh, dan semakin mendekati ibu kota Pakistan, Islamabad. Kabar terakhir menginformasikan bahwa mujahidin Taliban Pakistan telah berada di dekat ibukota Pakistan, Islamabad. Sekitar 20 kendaraan yang membawa sejumlah mujahidin telah memasuki Distrik Buner, 100 km barat laut Islamabad pada hari Senin.
Mujahidin Taliban terus merangsek masuk lebih jauh ke pusat kekuasaan di Pakistan. Bahkan mereka telah bersumpah menjadikan beberapa kota besar di Pakistan menjadi medan pertempuran setelah mereka menegakkan kekuasaannya di sepanjang barat laut negara tersebut.
Sementara itu, pemerintah sekuler Pakistan tidak bisa berbuat banyak dan telah menyetujui secara resmi penerapan syari’at Islam di Lembah Swat tersebut. Presiden Asif Ali Zardari dan badan legislatifnya pada hari senin, 13 April 2009, terpaksa menyepakati sistem pengadilan yang diusulkan Taliban, yakni syari’at Islam.
Tentu saja, pemerintah sekuler Pakistan semakin khawatir atas perkembangan terakhir di negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Mereka sudah meningkatkan tingkat kewaspadaan di ibu kota Pakistan, Islamabad menjadi “sangat waspada”, mengingat munculnya berbagai serangan perlawanan dari mujahidin Taliban yang semakin meningkat dan menguat akhir-akhir ini.
Akankah dalam waktu dekat ini ibu kota Pakistan, Islamabad jatuh ke tangan Mujahidin ? Bagaimana upaya AS membendung kekuatan mujahidin Taliban Pakistan ?
Lembah Swat dan Tragedi Masjid Merah
Lembah Swat adalah sebuah kota kabupaten di barat laut Pakistan, yang berjarak sekitar 160 km dari Islamabad, ibu kota Pakistan. Lembah Swat adalah tempat yang sangat indah, bahkan mendapat julukan “Swiss” dari Pakistan.
Dengan gunung menjulang tinggi disaput salju putih di puncaknya, hijau pepohonan, gemericik jernihnya air sungai, dan beberapa danau yang sangat indah, membuat Lembah Swat dianggap sebagai sepotong “surga” di bumi.
Keindahan Lembah Swat sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dan menjadi rebutan beberapa peradaban kuno. Kawasan ini dahulunya pernah diduduki oleh para penganut Buddha, Yunani, dan Kushans, sampai akhirnya dikuasai oleh mujahidin Taliban Pakistan.
Pemberlakuan syari’at Islam di Lembah Swat berlaku sejak bulan Februari lalu, saat pemerintah lokal di North West Frontier Province (NWFP), satu dari empat propinsi negara Pakistan, menyerah kepada mujahidin Taliban Pakistan. Sejak saat itu, syari’at Islam resmi diberlakukan di Malakand, sebuah distrik di NWFP dengan jumlah penduduk tiga juta orang dimana Lembah Swat termasuk dalam wilayah ini.
Jika mau dirunut, maka awalnya adalah Tragedi Masjid Laal (Merah). Serbuan militer pemerintahan sekuler Pakistan di bawah rezim Pervez Musharraf terhadap santri Masjid Merah di Islamabad, dua tahun silan, menjadi titik puncak dan pemicu perseteruan abadi antara sekulerisme dan syari’at Islam. Perjuangan untuk menerapkan syari’at Islam yang telah lama dirintis oleh Muslimin Pakistan melalui dakwah dan jihad mendapatkan momentum berupa tindakan represif pemerintahan sekuler Pakistan yang dilindungi dan diprovokasi AS.
Pemandangan Masjid Lal (Masjid Merah) Selepas Di Bombardir Oleh Tentara Laknat Pakistan
Masjid Laal didirikan oleh seorang alim bernama Maulana Abdulllah di awal tahun 1970-an. Maulana Abdullah adalah seorang yang terpandang dari Universitas di Kota Banori, Karachi. Tanah Masjid Laal disetujui atas nama beliau oleh pemimpin militer Ayub Khan di bawah pemerintahan Zia ul Haq (1977-1988). Masjid Laal memainkan peran penting dalam memasukkan nilai-nilai Islam pada tentara Pakistan. Selain itu, selama masa jihad Afghanistan malawan Rusia, masjid Laal mendukung mujahidin secara intensif. Setelah pembunuhan Maulana Abdullah, kunci masjid Laal diserahkan kepada dua anak lelakinya, Syekh Maulana Abdul Aziz dan Syekh Maulana Abdur Rasyid Ghazi.
Perlawanan Dari santriwati Masjid merah, Bangkitlah wahai Mujahidah Indonesia!!
Dalam tragedi Masjid Merah, Syekh Abdur Rasyid Ghazi, syahid, dan saudara kandungnya, Syekh Maulana Abdul Aziz ditahan. Ratusan orang santri menemui ajalnya. Bisa dikatakan, syuhada Masjid Laal telah membuat pengorbanan penting dan mereka semua menjadi tonggak untuk penegakan tauhid kepada Allah dan demi tegaknya syari’at Muhammad SAW berkibar di tanah Pakistan.
Sejak peristiwa tersebut, kaum Muslimin Pakistan, terutama mujahidin yang terinspirasi keberhasilan mujahidin Taliban di Afghanistan bertekad melancarkan perjuangan suci, jihad fi sabilillah, hingga syari’at Islam bisa ditegakkan di seluruh Pakistan. Perjuangan jihad ini langsung direnspon oleh mujahidin Taliban yang sejak semula hanya bergerak di Afghanistan untuk kemudian memperluas aksi dan pengaruhnya hingga ke Pakistan.
Senyum kemenagan As Syahid Abdul Rasyid Ghazi, Pimpinan Lal Masjid (Masjid Merah)
Presiden Pakistan saat itu, Pervez Musharraf yang juga antek setia Amerika, sudah mencium gelagat tidak enak dan khawatir akan dampak perbuatannya menyerang Masjid Merah. Dia khawatir mujahidin Taliban akan memberikan bantuan secara langsung untuk membantu saudara-saudara Muslimnya di Pakistan, terutama di wilayah perbatasan dengan Afghanistan yang dihuni oleh kepala suku-kepala suku.
Hari Ahad, 12 Agustus, 2007, dia memprakarsai sebuah pertemuan perdamaian antar kepala suku (Jirga) dari Afghanistan dan Pakistan di Kabul. Pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 600 kepala suku dan berakhir Ahad itu menyepakati untuk memberangus tempat-tempat perlindungan mujahidin di wilayah masing-masing.
Perhitungan Musharraf meleset dan harapannya tidak terkabulkan. Mujahidin Pakistan malah semakin intensif menjalin hubungan dengan mujahidin Taliban Afghanistan, dan mulai mengikuti aksi dan strategi mereka, khususnya di wilayah perbatasan, seperti di Waziristan Utara. Mereka semakin mantap untuk berjuang dan melawan pemerintahan sekuler Pakistan. Dalam salah satu selebaran yang dikeluarkan, mereka menolak semua dialog dengan pemerintah Pakistan, karena pemerintah tidak mengabulkan tuntutan mereka, yaitu membongkar 25 pos pemeriksaan yang baru didirikan.
Mujahidin Pakistan melampiaskan kemarahan dan pembalasan atas Tragedi Masjid Merah di Islamabad yang telah menewaskan 160 orang santri, dengan melakukan aksi-aksi serangan yang semakin gencar, termasuk melakukan bom syahid.
Tiga serangan bom syahid telah mereka lancarkan dan menewaskan hampir 60 orang. Selain itu mereka juga menyerang pusat penerimaan anggota polisi di Provinsi Perbatasan Barat, dan menewaskan sedikit-dikitnya 18 orang. Beberapa jam sebelumnya, mereka juga menghantam iring-iringan tentara di Lembah Swat dan berhasil menewaskan 17 orang.
Sehari sebelumnya, mereka menabrakkan satu bom mobil ke iring-iringan paramiliter di kawasan persukuan di Waziristan Utara dan menewaskan 24 orang. Jumlah keseluruhan yang tewas mencapai 59 orang ditambah beberapa yang luka. Semua serangan ini semakin menguatkan posisi mujahidin Taliban Pakistan dan semakin membuat gentar pemerintahan sekuler Pakistan.
Semua ini membuktikan bahwa wilayah perbatasan Afghanistan –Pakistan adalah wilayah yang subur bagi benih-benih perjuangan jihad dan telah dijadikan pusat latihan oleh mujahidin Taliban, yang akhirnya memberikan kekuatan nyata bagi mujahidin Pakistan. Dalam sebuah video jihad ditampilkan acara wisuda mujahidin di kamp latihan yang berlokasi di wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Asy Syahid Sayyid Quthb rahimahullah pernah mengatakan :
“Sesungguhnya kalimat kita akan tetap mati seperti boneka yang tak bergerak, sampai kita mati karenanya. Maka dia/kalimat itu akan bergoncang bangkit dan hidup di antara mereka yang hidup. Setiap kalimat yang hidup, maka ia akan bersemayam di hati manusia yang hidup, sehingga hiduplah ia bersama-sama mereka yang hidup. Orang-orang yang hidup tidak akan ingin berdampingan dengan orang-orang yang mati, mereka hanya mau berdampingan dengan orang-orang yang hidup. Adapun mayat itu akan tetap di kubur di bawah tanah, walaupun ia adalah mayat orang terhormat.”
Ucapan-ucapan haq dan perjuangan Syekh Abdur Rasyid Ghazi mengumandangkan penerapan syariat Islam di Pakistan yang harus ditebus dengan kesyahidan beliau kini menuai hasilnya. Perjuangan beliau memacu mujahidin untuk bersatu dan mengorbankan seluruh yang mereka miliki untuk melanjutkan perjuangan penegakan syariat Islam. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh saudara kandung beliau, Syekh Maulana Abdul Aziz, dalam khutbah Jum’at pertamanya pasca dua tahun penahanannya.
“Aku katakan kepada kalian untuk bersiap-siap melakukan pengorbanan untuk Islam. Hari ini tidak akan jauh dimana Islam akan menguasai keseluruhan negeri. Apa yang kita lihat di Swat dan di wilayah pedalaman di Pakistan adalah hasil dari pengorbanan-pengorbanan Mesjid Merah, para santri, para penduduk yang syahid (Insya Allah) dalam peristiwa tersebut.”
Beliau, Syekh Maulana Abdul Aziz juga menyemangati kaum Muslimin Pakistan untuk berjihad dan menerapkan syari’at Islam secara kaafah di negeri tersebut. Para jama’ah bersemangat dan meneriakkan yel-yel jihad, “Sabiluna, Sabiluna : al-Jihad! al-Jihad!!” Atmosfer terasa memanas dan kegembiraan terlihat di wajah-wajah para jamaah. Mereka semua adalah saksi mata peristiwa dua tahun silam di Masjid Merah. Syekh Maulana melanjutkan :
“Insha Allah, hari ini tidak akan jauh ketika Islam akan diterapkan di seluruh Pakistan. Perjuangan kita akan berjalan dengan tenang dan kita akan melanjutkan perjuangan ini untuk menerapkan Islam di negeri ini.”
Di Mingora, kota utama di Lembah Swat, seorang ulama pro Taliban, Sufi Muhammad, mengatakan bahwa undang-undang Pakistan telah memaksa rakyat untuk tunduk pada sistem kufur atau penjajah. Tidak ada sedikit pun ruang bagi demokrasi jika Taliban mengatur seluruh Pakistan, imbuhnya.
Beliau menyatakan bahwa sistem pengadilan Islam yang diusung oleh Taliban adalah sistem yang istimewa dan keputusannya tidak bisa dinaik-bandingkan ke Mahkamah Agung Islamabad. Beliau juga memerintahkan semua hakim pemerintah untuk meninggalkan wilayah tersebut pada 23 April mendatang. “Jika tidak mematuhinya, mereka akan bertanggung jawab untuk segala konsekuensinya,” ujar Sufi.
Syariat Islam Diterapkan di Pakistan, Amerika Katakutan
Kondisi terkini di Pakistan tentu saja membuat gusar kaum kafir, utamanya Amerika. David Kilcullen, mantan penasehat Departemen Kenegaraan dan Konsultan Anti Teroris pemerintahan Obama, mengatakan bahwa jika Pakistan jatuh ke tangan Mujahidin Taliban, maka itu adalah sebuah malapetaka bagi Amerika. Dia mengatakan :
“Jalur suplai (dari Karachi sampai basis AS) di Kandahar dan Kabul dari sebelah selatan dan timur akan dipotong, atau sedikitnya jalur-jalur tersebut menjadi lebih tidak aman, dan itu akan membahayakan misi AS di Afganistan.”
Salah seorang penasehat Pentagon bahkan mengatakan :
“Saya berpikir Pakistan bergerak pada situasi di mana ekstremis menguasai seluruh daerah pedalaman dan pemerintah hanya mengontrol pusat perkotaan,” tambahnya. “Jika anda melihat 10 tahun yang akan datang, saya kira pemerintahan Pakistan akan dijalankan oleh militan Islam.”
Kepala Senat Komite Hubungan Luar Negeri AS, Sen John Kerry, Selasa, 14, April 2009 akhirnya berkomentar terhadap situasi terakhir Pakistan dengan mengatakan :
“Pemerintah seharusnya menyadari urgensitas kondisi ini dan tetap berkomitmen. Ini adalah momen yang serius bagi Pakistan.”
Ketakutan dan kecemasan kini melanda Amerika setelah melihat kemenangan Mujahidin Taliban di Pakistan dan penerapan syariat Islam di sana. Mereka khawatir, Taliban Pakistan akan menyerang posisi Amerika di Afghanistan, dan dapat dipastikan hal itu pasti akan dilakukan oleh mujahidin Taliban Pakistan untuk membantu saudara-saudara seimannya di Afghanistan.
Salah satu langkah tergesa dari Amerika untuk menahan laju mujahidin Pakistan adalah dengan jalan memberikan suntikan dana segar ke pemerintahan sekuler Pakistan sebesar 5 milyar USD. Bantuan yang datang dari negara kafir Amerika dan sekutu mereka, seperti Jepang, Eropa dan penguasa munafik Arab Saudi diberikan dalam sebuah acara konferensi Tokyo, dengan sebuah janji dari presiden murtad Asif Ali Zardari untuk meningkatkan serangan kepada mujahidin.
Dari gedung putih, pemimpin pasukan perang salib baru, Barack Obama sudah menetapkan strategi terbarunya dengan meletakkan Pakistan sebagai pusat perjuangan melawan Taliban, dan Al Qaeda. Presiden yang asli yahudi ini juga mempropagandakan Al Qaeda sebagai kanker yang menggerogoti tubuh Pakistan dari dalam dan mengancam Pakistan untuk segera menyingkirkan mujahidin dari bumi Pakistan.
Strategi licik dan busuk yang dilancarkan kafir Amerika adalah menyuap kepala-kepala suku di pedalaman Pakistan, khususnya di wilayah perbatasan untuk membantu mereka. Amerika juga merangkul teman-teman baru mereka untuk bergabung dalam perang di Afghanistan, seperti Rusia. Nampaknya, Amerika semakin kewalahan dan sudah hampir mati langkah!
Barack Obama terpaksa harus putar otak dan memikirkan strategi baru apa yang harus diterapkan untuk mengatasi gelombang jihad di Pakistan. Salah satu yang mencuat adalah penambahan 4.000 personil tentara kafir Amerika akan diterjunkan untuk meningkatkan kapasitas tentara dan polisi Afghanistan. Selain itu, ia juga akan menyediakan bantuan untuk mendukung pengembangan warga sipil.
Obama juga berjanji akan meningkatkan serangannya di Afghanistan. Keputusan ini tentu tidak aneh dan menunjukkan siapa sejatinya presiden Amerika terpilih yang ke-44 ini. Untuk mendukung semua rencana ini, Obama meminta kongres untuk mengesahkan undang-undang yang berisi penggelembungan pengeluaran Amerika di Pakistan menjadi 1.5 miliar dolar per tahun selama lima tahun mendatang, untuk menolong membangun sekolah, jalan dan rumah sakit di Pakistan.
Propaganda dan perang media juga gencar dilakukan oleh Amerika. Melalui menteri luar negerinya, Hillary Clinton, rakyat Pakistan dipengaruhi untuk menekan pemerintah Pakistan agar segera menghalau mujahidin Taliban Pakistan. Hillary juga mengatakan bahwa pergerakan mujahidin Taliban Pakistan merupakan ancaman besar untuk eksistensi Pakistan.
Langkah terakhir yang cukup mengejutkan dari Amerika adalah berupaya membujuk negera kafir India agar berdamai dengan Pakistan, untuk kemudian bersama-sama menggempur mujahidin Taliban Pakistan.
Sebagai langkah awalnya, Amerika telah meminta India untuk menarik mundur pasukannya di perbatasan dan membiarkan Pakistan berkonsentrasi menghadapi Taliban. Siapa pun tahu, antara India dan Pakistan terjadi konflik yang tidak berkesudahan, termasuk dalam memperebutkan wilayah Kashmir.
Di samping itu, Amerika juga merasa perlu untuk meningkatkan kerja sama militer secepatnya dengan Pakistan. Melalui sekretaris pertahanannya, Michele Flournoy, disampaikan maksud untuk memberikan pelatihan kepada angkatan perang Pakistan dan memberikan mereka nasehat atau strategi untuk mendukung operasi mereka melawan mujahidin Taliban Pakistan. Namun, satu pertanyaan penting harus diajukan kepada para petinggi di gedung putih, sanggupkah pasukan mereka bersama dengan seluruh sekutu mereka untuk mengalahkan semangat jihad mujahidin Taliban Pakistan ?
Jihad Hingga Tidak Ada Lagi Fitnah
“…Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran) maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS Al Anfal : 39)
Banyak pejabat AS dan para pakar lainnya memperkirakan bahwa para mujahidin Taliban tidak akan pernah menyerah dan bahkan semakin meningkatkan perlawanannya. Seorang penulis dan ahli terorisme, Ahmad Rashid mengatakan dalan sebuah konferensi di Washington, Rabu (15/4).
“Taliban saat ini menjadi pasukan yang terus meningkatkan dirinya. Mereka mempunyai agenda untuk Pakistan, dan agenda itu tidak lain adalah untuk menumbangkan pemerintah Pakistan dan men-Taliban-kan seluruh negara tersebut.”
Tidak salah, tujuan akhir mujahidin Taliban Pakistan memang bukan hanya penerapan syari’at di beberapa tempat saja, akan tetapi di seluruh Pakistan. Bahkan, secara lebih luas lagi adalah hingga tidak ada lagi fitnah (agama musyrik) di muka bumi ini.
Muslim Khan, juru bicara mujahidin Taliban Pakistan dari Lembah Swat mengatakan :
“Syariat Islam tidak pernah memerintahkan kami untuk berhenti berperang, Jika pemerintah Afghanistan atau Pakistan masih meneruskan perang dan mendukung kebijakan anti-Muslim, tidak mungkin Taliban merebahkan tangan mereka. Ketika kami telah berhasil mencapai tujuan di satu wilayah, maka kami akan berjuang di wilayah lainnya.”
Inilah janji mujahidin Taliban Pakistan, yang dengan tegas mengatakan bahwa mereka tidak akan meletakkan senjata mereka walau syariat Islam telah diterapkan di wilayah Lembah Swat dan Barat laut Pakistan. Mereka akan terus berjuang agar seluruh wilayah Pakistan menerapkan syariat Islam.
Bahkan mereka, mujahidin Taliban Pakistan juga siap untuk melancarkan serangan hingga ke Afghanistan. Para mujahidin Taliban Pakistan akan secepatnya memasuki Afghanistan untuk bersama-sama bertempur dengan mujahidin Afghanistan melawan tentara teroris AS dan sekutunya. Muslim Khan menambahkan :
“Perjuangan kami adalah untuk menerapkan aturan buatan Allah di bumi milik Allah. Kami akan mengirimkan mujahidin kami ke Afghanistan jika mujahidin Afghanistan memerlukan kami secepatnya.”
Kini, konsentrasi mujahidin Taliban Pakistan memang mengarah ke Islamabad, ibu kota Pakistan. Berulang kali mereka mengisyaratkan bahwa pihaknya akan terus mengusahakan agar Islamabad, bisa ditaklukkan. Seorang panglima mujahidin Taliban mengatakan pada hari Rabu (8/4) akan keyakinan untuk segera menaklukkan Islamabad.
“Tidak akan lama lagi Islamabad akan ada dalam genggaman mujahidin.”
Kabar terakhir menginformasikan bahwa sekitar 20 kendaraan yang membawa sejumlah mujahidin telah memasuki Distrik Buner, 100 km Baratlaut Islamabad pada Senin (6/4). Beberapa pejabat lokal juga mengonfirmasikan pada Rabu (8/4) kebenaran bahwa para mujahidin telah memasuki wilayah kota dan bertempur dengan personil polisi Pakistan di beberapa bagian di distrik Buner.
Mujahidin Taliban Pakistan telah bersumpah menjadikan beberapa kota besar di Pakistan menjadi medan pertempuran setelah mereka menegakkan kekuasaannya sepanjang barat laut negara tersebut.
Syekh Baitullah Mehshud, Pemimpin Mujahidin Taliban Pakistan secara tegas juga menyatakan sikapnya untuk terus menggempur Pakistan selama masih bekerjasama dengan Amerika. Pada Selasa (31/3) lalu, beliau juga menyatakan pertanggung-jawaban atas serangan berdarah di akademi kepolisian Lahore (30/3). Beliau mengatakan :
“Kami mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Ini adalah balasan terhadap serangan terus-menerus pesawat tak berawak milik AS di atas wilayah kami.”
Beliau juga mengaku bertanggung jawab terhadap serangan istisyhad (bom syahid) pada 23 Maret silam di halaman kantor polisi di Islamabad. Keberhasilan mujahidin Taliban Pakistan juga tidak terlepas dari dukungan mujahidin global, terutama Taliban dan Al Qaeda.
Perjuangan mujahidin Taliban Pakistan mendapat simpati dari mujahidin di seluruh dunia. Al Qaeda, sebuah organisasi jihad global, melalui salah seorang tokohnya, Syekh Abu Yahya Al-Libbi, menyampaikan simpati yang besar kepada perjuangan kaum Muslimin Pakistan, dan mendoakan syahidnya Syekh Abdur Rashid Ghazi, dan menjuluki beliau sebagai “Master of Martyrs.”
Pimpinan tertinggi Al Qaeda, Syekh Usamah bin Ladin bahkan merilis sebuah video khusus yang diproduksi oleh sayap media mereka, As Sahab, untuk menyerukan jihad kepada seluruh rakyat Pakistan. Video berjudul Hayya alal jihad (Ayo Berjihad, Pesan Untuk Rakyat Pakistan) yang dirilis pada bulan September 2007/Ramadhan 1428 H sedikit banyak telah menyemangati ruh jihad kaum Muslimin di seantero Pakistan. Diawali dengan mengulas tragedi Masjid Merah, konspirasi batil pemerintah sekuler Pakistan dengan Amerika, Syekh Usamah Bin Ladin menggugah semangat dan keberanian rakyat Pakistan untuk berjihad menumbangkan rezim sekular pimpinan Pervez Musharraf ketika itu.
Akhirnya, kita harus menyebut satu nama lagi untuk masalah ini, yakni Mullah Muhammad Umar, Amirul Mu’minin Imarah Islam Afghanistan, sekaligus pelopor dan pemimpin umum gerakan Taliban. Dalam buku “The Giant Man, Biografi Mullah Umar”, karangan Husayn Bin Mahmud, orang terdekat dan kepercayaan beliau, diceritakan bagaimana lelaki perkasa dari Qandahar ini, Mullah Muhammad Umar, berhasil dari seorang diri, kemudian menggerakkan revolusi Islam di Afghanistan melalui Taliban. Para murid atau santri yang di Afghanistan disebut dengan Taliban (jamak dari Talabah yang berasal dari bahasa Pashtun) berhasil mengambil alih kekuasaan hampir seperlima Afghanistan tanpa peperangan, tetapi dengan keinginan penduduknya yang memang rindu tegaknya syari’at dan keamanan.
Kini, mujahidin Taliban Pakistan sedang mengikuti jejak keberhasilan revolusi Islam saudara-saudara mereka, Taliban Afghanistan. Masyarakat Pakistan juga sudah lama merindukan tegaknya syari’at Islam yang lebih memberikan rasa aman dan kesejahteraan yang hakiki. Kondisi ini memungkinkan penguatan Imarah Islam Afghanistan untuk kemudian menjadi jantung Khilafah Islam dengan diterapkannya syari’at Islam di seantero Pakistan.
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
Arrahmah.Com International Jihad Analys
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2009 Ar Rahmah Media Network