GAZA (Arrahmah.id) – Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Perlawanan Jihad Islam Palestina, merilis video baru hari ini yang menampilkan tawanan tentara ‘Israel’ yang ditahan di Gaza.
Tawanan yang diidentifikasi sebagai Rom Braslavsky terlihat kurus kering dan tertekan. Dalam pesannya yang ditujukan langsung kepada Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu, ia berkata:
“Darahku ada di tanganmu, Netanyahu. Mana janjimu untuk membebaskan kami?”
Braslavsky menggambarkan masa tahanannya sebagai “satu setengah tahun neraka”, menambahkan bahwa ia sakit dan kekurangan makanan serta air.
“Setiap hari, bom. Bom demi bom. Yang berikutnya mungkin jatuh di atas kepalaku,” keluhnya.
Pesan Pedas untuk Ben Gvir
Tawanan ini juga menyampaikan pesan keras untuk menteri sayap kanan Itamar Ben Gvir:
“Aku memberimu suaraku, Ben Gvir, bukan untuk mati di sini di Gaza. Mengapa kau membiarkan kami mati?”
Ia mempertanyakan mengapa ‘Israel’ hanya berupaya membebaskan satu tawanan, Edan Alexander, melalui kesepakatan potensial:
“Memangnya dia siapa? Apakah dia raja ‘Israel’? Apakah dia lebih layak dibanding aku?”
Permohonan Kepada Netanyahu dan Trump
Dalam video tersebut, Braslavsky memohon kepada Netanyahu:
“Tolong, Pak Perdana Menteri, keluarkan aku dari sini. Hentikan mimpi buruk ini. Setidaknya kirimkan makanan dan air. Berhentilah berbohong. Akhiri perang ini dan bawa kami semua pulang, atau lanjutkan dan biarkan kami semua mati.”
Ia juga menyindir Presiden AS Donald Trump:
“Mana janjimu, Trump? Mengapa Netanyahu mengikuti jejakmu? Kau gagal pada 7 Oktober, dan bagiku ini belum berakhir—aku belum pernah sampai di rumah.”
Kritik Terhadap Operasi Militer
Braslavsky menambahkan:
“Kau, Netanyahu, duduk aman di rumah, terbang ke berbagai negara. Aku terjebak di sini. Tidak ada operasi militer yang akan menyelamatkan kami. Kami akan mati sebelum kau mencapai kami.”
‘Israel’ melanjutkan serangannya ke Gaza pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata Januari dan kesepakatan pertukaran tawanan dengan faksi perlawanan Palestina.
Laporan dari dalam ‘Israel’ mengonfirmasi bahwa Netanyahu terus menghalangi semua upaya untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan baru. Ribuan warga ‘Israel’, termasuk tentara, akademisi, dan tokoh publik—telah menandatangani petisi yang menuntut diakhirinya perang di Gaza dan mendesak pertukaran tawanan segera.
Beberapa laporan mengungkapkan bahwa Netanyahu sengaja memperpanjang genosida ini untuk menyelamatkan karier politiknya sendiri. (zarahamala/arrahmah.id)