GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Jihad Islam mengutuk agresi ‘Israel’ terhadap Suriah, dengan menekankan bahwa hal itu merupakan “serangan yang jelas terhadap rakyat Suriah dan keinginan mereka serta eksploitasi situasi untuk tujuan ekspansionis.”
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh gerakan Palestina pada Ahad (8/12/202) ini menambahkan bahwa “ekspansi pendudukan ‘Israel’ atas tanah Suriah dan serangannya membuktikan bahwa ‘Israel’ adalah musuh nyata rakyat bangsa kita.”
Jihad Islam menggambarkan serangan yang dilancarkan oleh ‘Israel’ terhadap ibu kota Suriah, Damaskus, dan wilayah lainnya sebagai tindakan biadab.
Sebaliknya, Channel 13 Israel mengatakan pada Ahad malam (8/12) bahwa ‘Israel’ akan terus menargetkan fasilitas di Suriah yang berisi senjata strategis karena khawatir akan jatuh ke tangan oposisi.
Sebelumnya pada Ahad (8/12), Menteri Pertahanan ‘Israel’ Yisrael Katz mengatakan bahwa keputusan untuk mengerahkan pasukan militer di zona penyangga di bawah pengawasan PBB di perbatasan dengan Suriah merupakan bagian dari “rencana untuk memastikan perlindungan bagi semua warga ‘Israel’ yang tinggal di Dataran Tinggi Golan.”
Serangan dan Peringatan
Menurut laporan Anadolu Agency dari media ‘Israe’l, angkatan udara ‘Israel’ melancarkan serangan yang menargetkan sekitar 100 lokasi di Suriah, bertepatan dengan transformasi politik dan militer setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad.
Channel 13 mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan lokasi strategis, termasuk sistem rudal canggih, depot senjata, dan fasilitas produksi amunisi.
Sebelumnya pada Ahad (8/12), Netanyahu mengumumkan runtuhnya Perjanjian Pemisahan Pasukan 1974 antara ‘Israel’ dan Suriah, dan tentara ‘Israel’ menduduki wilayah Gunung Hermon dan zona penyangga antara kedua negara.
Tentara ‘Israel’ juga memperingatkan warga Suriah di 5 kota di Suriah selatan untuk tetap tinggal di rumah mereka sampai pemberitahuan lebih lanjut karena mereka mengambil tindakan berdasarkan perkembangan terkini.
Jatuhnya rezim
Pada Ahad pagi (8/12), faksi oposisi Suriah memasuki ibu kota Damaskus dan menguasainya, dengan penarikan pasukan rezim dari lembaga publik dan jalan-jalan, sehingga mengakhiri era 61 tahun rezim Partai Baath dan 53 tahun pemerintahan keluarga Assad.
Pertempuran antara pasukan rezim Suriah dan faksi oposisi dimulai pada 27 November di pedesaan barat provinsi Aleppo, dan faksi-faksi tersebut menguasai kota Aleppo dan provinsi Idlib, kemudian kota Hama, Daraa, Sweida, Homs, dan akhirnya Damaskus.
Pada Ahad malam (8/12), kantor berita Rusia (TASS) mengungkapkan bahwa Bashar al-Assad, yang telah memerintah Suriah sejak Juli 2000, menggantikan ayahnya Hafez, tiba bersama keluarganya di ibu kota Rusia, Moskow, dan mereka diberikan suaka. (zarahamala/arrahmah.id)