MOSKOW (Arrahmah.com) – David Satter, rekan senior di Institut Hudson dalam artikelnya di The Wall Street Journal menunjukkan bahwa prospek Putin dalam kekuasaan selama 12 tahun lainnya menjadi satu alasan menurut jajak pendapat baru dari Pusat Riset Opini Publik Rusia bahwa 22 persen warga Rusia ingin meninggalkan negara itu.
Alasan lainnya adalah korupsi yang merajalela dan Jihad di Kaukasus.
Putin selalu mempromosikan nostalgia uni Soviet namun gagal untuk mempelajari pelajaran dari keruntuhannya, tulis penulis. Protes massal di Moskow adalah kelahiran kembali dari oposisi politik.
“Rezim Putin tidak akan jatuh dalam semalam. Tapi itu rentan, dan tujuan Putin untuk menjadi presiden seumur hidup tidak lagi terjamin,” tulis artikel tersebut.
Putin mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden dan banyak orang Rusia yakin bahwa Presiden Medvedev merupakan topeng dan bahwa Putin berencana untuk tetap berkuasa sampai 2024, tulis penulis.
Prospek Putin dalam kekuasaan menjadi alasan bahwa 22 persen warga Rusia ingin meninggalkan negara itu. Alasan lainnya adalah korupsi yang merajalela. “Kriminalitas tahun 1990 tidak menurun dan hanya bermigrasi ke organ-organ pemerintah,” artikel tersebut mengatakan.
Warga Rusia juga terganggu oleh rasa takut terhadap perkembangan Jihad di Kaukasus. Banyak biaya yang telah dikeluarkan oleh Putin untuk menghancurkan Jihad dan menguasai Kaukasus Utara dengan kekuatan telah menjadi inspirasi untuk memperluas perlawanan baik dari sisi Islam dan keinginan untuk kemerdekaan.
Penindasan dan penganiayaan yang dilakukan rezim Rusia di Kaukasus Utara, dibalas dengan perlawanan yang sengit oleh kelompok Mujahidin dan berulangkali mereka menyebarkan pesan untuk warga Rusia, “jika warga Rusia tidak berusaha menghentikan pemerintah mereka dalam memerangi kaum Muslimin di Kaukasus Uatra, maka perang akan berpindah ke depan-depan rumah kalian”. (haninmazaya/arrahmah.com)