NEW DELHI (Arrahmah.com) – “Bagi satu gadis Hindu yang dijadikan istri oleh pria Muslim, kita akan mengambil seratus gadis muslim,” demikian pidato berapi-api yang disampaikan oleh seorang agamawan Hindu kepada para massa yang disambut dengan teriakan histeris, sebagaimana dilansir oleh onislam.net, Senin (8/9/2014).
Dalam video klip yang beredar secara luas di situs jejaring sosial, Yogi Adityanath, seorang tokoh Hindu garis keras, yang juga merupakan anggota parlemen dari partai berkuasa yakni partai nasionalis Hindu India Bharatiya Janata Party (BJP), mendesak massa Hindu untuk melawan “jihad cinta”. Dia mendesak kepada para pemuda Hindu untuk mengambil gadis-gadis Muslim sebagai istri mereka.
Adityanath mengacu pada apa yang diserukan oleh kelompok Hindu mengenai adanya konspirasi orang-orang Islam untuk merayu gadis-gadis Hindu dalam jebakan cinta dan menjadikan mereka pemeluk Islam.
“Kami sangat menyambut siapapun (setiap Muslim) yang ingin beralih ke agama Hindu. Kami akan mensucikan orang itu sesuai dengan ritual Hindu dan menciptakan seluruh kelas baru bagi para Hindu baru,” Adityanath, yang merupakan pemimpin kuil Gorakhnath Mutt, mengatakan dalam video tersebut.
“Kita harus meluncurkan gerakan (Hindu) secara besar-besaran, dan bukan pria lemah yang memimpinnya. Kita perlu pria sejati dengan kekuatan fisik untuk memimpin perang ini.”
Organisasi Hindu termasuk Rashtriya Swayam Sevak Sangh (RSS), Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan bahkan banyak pemimpin BJP telah menyatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan populasi komunitas Muslim, mereka telah mengobarkan ‘jihad cinta’ untuk menarik atau memaksa gadis Hindu untuk memeluk Islam dan menikahi mereka.
RSS, VHP dan beberapa cabang mereka menyebut pemuda Muslim dengan sebutan “Jihadi Romeo” dan tuduhan bahwa mereka menggunakan identitas Hindu palsu untuk bisa mendekati gadis Hindu yang lugu.
Bulan lalu, publik India dikagetkan dengan berita seorang wanita Hindu, yang didukung oleh VHP, mengklaim bahwa suaminya adalah seorang Muslim yang berpura-pura sebagai orang Hindu untuk menikahinya. Setelah penyelidikan, polisi melaporkan bahwa suaminya memang orang Hindu.
Organisasi Hindutva mengklaim bahwa ummat Islam, yang berjumlah kurang dari 14% dari populasi negara itu, mencari lebih banyak anak Muslim karena mereka berada di sebuah misi untuk mengubah India menjadi negara mayoritas Muslim.
Akan tetapi kelompok Muslim India dari berbagai kalangan sepakat bahwa keributan tentang “jihad cinta” ini hanyalah propaganda yang dilancarkan oleh kelompok Hindutva dengan motif tersembunyi untuk mengintimidasi dan memfitnah komunitas Muslim.
“Sebagaimana gadis Hindu yang menikah dengan pria Muslim, perempuan Muslim juga ada yang menikah dengan pria Hindu,” kata anggota dari All India Muslim Personal Law Board (AIMPLB) Imam Maulana Khalid Rasheed Firangmahali mengatakan kepada OnIslam.net.
“Di negara sekuler tidak ada batasan di pernikahan tersebut. Tapi kelompok Hindutva yang nakal telah mengalihkan isu setiap pernikahan Hindu-Muslim sebagai kasus jihad cinta.
“Setiap kali ada keretakan antara istri Hindu dan suami Muslimnya, kelompok sayap kanan langsung memberikan warna komunal dan menggambarkan si istri sebagai korban jihad cinta untuk menarik penggemar anti-Muslim.”
Imam dan ulama di Masjid Tipu Sultan Kalkuta, Maulana Nurur Rahman Barkati, mengatakan bahwa tidak ada kelompok Hindu yang mampu membuktikan satu kasus saja mengenai adanya pemaksaan agama atau pemaksaan pernikahan seorang gadis Hindu dengan pemuda Muslim.
“Untuk pindah ke agama baru, kalian harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemerintah. Ini adalah proses yang sangat panjang yang tidak bisa dilakukan secara rahasia dengan meletakkan pistol di kepala seseorang,” Maulana Barkati mengatakan kepada OnIslam.net.
“Pindah agama atau pernikahan dengan pemaksaan adalah hal yang mungkin di dunia komunikasi modern seperti sekarang ini,” tambahnya.
“Propaganda kelompok Hindutva tentang “Jihad cinta” ditujukan untuk mempertentangkan masyarakat mayoritas Hindu di jalur komunal sehingga (Partai Hindu) BJP bisa menuai panen politik yang bagus dalam pemilu di beberapa negara.”
(ameera/arrahmah.com)