LONDON (Arrahmah.com) – Senin (23/8/2010), Koalisi Keadilan untuk Dr. Aafia (JFAC), mengedarkan sebuah pernyataan sensasional dari Ahmed Siddiqui, putra tertua Dr. Aafia Siddiqui. Dalam pernyataan tersebut ia mengungkapkan kronologis penculikan ia bersama ibunya pada tahun 2003 dan beberapa informasi tentang penahanannya selama lima tahun ia menghilang. Pernyataan ini diambil dari sebuah dokumen yang diberikannya kepada jurnalis Inggris, Yvonne Ridley.
Ahmed menyatakan bahwa ia dan ibunya diculik saat dalam perjalanan menuju Islamabad.
“Saat itu kami akan ke Islamabad dengan sebuah mobil. Mobil yang kami tumpangi berhenti saat mobil lain yang lebih besar mencoba menghentikan kami. Ibu dan saya berusaha berteriak sekeras mungkin saat mereka membawa saya. Saya memandang sekeliling dan melihat adik bayi saya tergeletak di tanah dan ada darah di dekatnya. Ibu saya menangis dan menjerit.”
Ahmed pun menyatakan bahwa para penculiknya membius Ahmed, sehingga ia tak mengingat apapun setelah itu. Saat ia terbangun, ia ada di sebuah ruangan. Di ruangan tersebut juga terdapat tentara Amerika yang berseragam dan orang yang memakai pakaian sipil.
Ahmed disekap di sebuah ruangan sempit dan seringkali mengalami penyiksaan saat segerombolan orang mengintrogasinya dengan paksa.
“Jika saya menangis atau tidak mau mendengarkan, mereka memukuli, mengikat, dan merantai saya.”
“Di antara mereka ada yang berbicara dengan bahasa Inggris, Pashto, dan Urdu. Saya tidak berani untuk bertanya siapa mereka.”
Setelah sekian lama mendekam dalam tempat pengasingan yang tidak ia ketahui dimana lokasinya, akhirnya Ahmed dibawa ke penjara anak-anak.
“Konsuler Amerika, yang mendatangi saya dalam penjara Kabul, mengatakan, namamu adalah Ahmed, kamu orang Amerika. nama ibumu adalah Aafia Siddiqui dan adik laki-lakimu meninggal. Setelah itu mereka membawa saya pergi dari penjara anak-anak ‘dan saya bertemu dengan konsuler Pakistan, dan akhirnya saya berbicara dengan bibi saya (Fowzia Siddiqui).” (althaf/arrahmah.com)