KIDAL (Arrahmah.com) – Tentara penjajah Perancis sejak Sabtu (2/2/2013) malam hingga Ahad (3/2) dini hari meluncurkan serangan udara mematikan disekitar Kidal dan Tessalit di Mali utara, lapor Associated Press mengutip pernyataan Kolone Thierry Burkhard.
“Itu merupakan operasi udara penting untuk daerah Kidal dan Tessalit,” klaim Burkhard. Dia menambahkan bahwa terdapat 30 pesawat yang digunakan termasuk Mirage dan Rafale.
Operasi ini dilakukan setelah presiden Francois Hollande tiba di Mali pada hari Sabtu, ia mengatakan bahwa tentaranya akan tinggal di Mali “selama diperlukan”.
“Perancis akan tetap bersama Anda selama yang dibutuhkan, sampai orang-orang Afrika yang berdiri sendiri menggantikan kami,” klaim Hollande.
Ribuan orang di Mali utara telah dipaksa melarikan diri dari rumah mereka dan menjadi pengungsi setelah Perancis meluncurkan invasi militernya di sana. Banyak warga sipil yang telah jatuh menjadi korban akibat serangan udara pengecut oleh Perancis. Selain jet tempur, operasi militer juga didukung oleh helikopter dan kendaraan lapis baja di darat.
UNHCR mengatakan lebih dari 5.000 warga Mali telah tiba di Mauritania sejak 11 Januari ketika Perancis melancarkan serangan udara untuk pertama kalinya dengan dalih menghentikan kemajuan Mujahidin di negara Afrika Barat tersebut.
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belgia, Jerman, dan Denmark telah mengatakan mereka akan mendukung perang Perancis di Mali.
Pengamat percaya motif di balik kampanye militer adalah sumber daya yang belum dimanfaatkan Mali, termasuk minyak, emas, serta uranium di wilayah tersebut di mana mereka tidak rela jika semua kekayaan tersebut jatuh ke tangan Mujahidin. (haninmazaya/arrahmah.com)