GAZA (Arrahmah.com) – Jet Israel juga menghantam terowongan-terowongan di jalur Gaza yang sering digunakan untuk menyelundupkan barang-barang keperluan penduduk Palestina termasuk makanan.
Pemboman dilakukan pada Minggu (28/12) sore dalam operasi kedua yang dilakukan zionis Israel setelah sebelumnya membunuh sekitar 292 warga Palestina dan melukai lebih dari 600 lainnya.
Puluhan terowongan di Selatan Gaza yang terhubung dengan Mesir merupakan satu-satunya jalan bagi warga Palestina untuk bertahan hidup selama kurang lebih 18 bulan berada dalam blokade Israel.
Avital Leibovitch, jurubicara tentara Israel mengatakan, “Angkatan udara kami baru saja menyerang lebih dari 40 terowongan di Gaza.”
“Kami percaya terowongan tersebut digunakan untuk menyelundupkan senjata, bahan peledak, dan orang-orang,” lanjutnya.
Ayman Mohyeldin, reporter Al-Jazeera di Rafah melaporkan seorang syahid dan 42 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan Israel terhadap terowongan-terowongan di Gaza.
“Israel memang telah mengumumkan akan melanjutkan serangan di Gaza,” ujarnya.
Rasa frustasi mulai tumbuh di hati warga Palestina yang berada di Rafah, membuat pejuang-pejuang Palestina semakin bersemangat untuk berjihad dan kini tentara Mesir memberikan dukungan, mereka menggabungkan diri dengan pejuang-pejuang Palestina.
Pada Minggu sore, Israel menyerang wilayah Timur Gaza, tepatnya di kota Yunis Khan dan Utara Gaza di kota Jabaliya.
Pos polisi dan pabrik-pabrik ikut dihancurkan selain bangunan-bangunan masjid. Serangan juga diarahkan ke stasiun tv al-aqsa pada malam harinya.
Wartawan Reuters mengatakan sebuah misil menghantam kantor Ismail Haniya, pemimpin Hamas, namun dia tidak berada di tempat saat kejadian.
Ehud Barak, Menteri Pertahanan Israel mengatakan serangan udara akan diikuti oleh penyerbuan di daratan.
“Kami telah siap dengan segalanya. Jika diperlukan, maka angkatan darat kami telah siap dikerahkan untuk mempertahankan warga Negara kami,” ujar jurubicara Ehud Barak.
Televisi Israel melaporkan, ratusan pasukan darat lengkap dengan kendaraan lapis baja telah bersiap-siap di wilayah perbatasan.
Mustafa Barghouti, anggota Dewan Legislatif Palestina menolak klaim pemerintah Israel yang mengatakan serangan udara yang mereka lakukan adalah sebuah bentuk pertahanan diri.
“Ini adalah serangan paling berdarah sejak 1967,” ujarnya seperti yang dilansir al-Jazeera. “Ini adalah seranga untuk penduduk Gaza.” (Hanin Mazaya/arrahmah.com)