BERLIN (Arrahmah.id) – Mengirimkan persenjataan yang lebih berat ke Ukraina seperti tank, menurut menteri kehakiman Jerman, tidak akan menjadi jalan masuk ke dalam perang melawan Rusia.
Politik Jerman telah dikonsumsi sejak awal konflik pada akhir Februari oleh pertanyaan tentang jenis persenjataan apa yang akan diberikan kepada Ukraina, dan seberapa cepat untuk mengirimkannya.
Tekanan datang langsung dari Kiev, di mana para pemimpin mendesak Jerman untuk mengirimkan lebih banyak senjata untuk membantu melawan pasukan Rusia.
Kanselir Sosial Demokrat Olaf Scholz telah menolak untuk berkomitmen mengirim senjata yang lebih berat seperti tank, helikopter dan pesawat, meskipun suara-suara dari dalam koalisi kiri-tengahnya yang mendorong dukungan militer yang lebih kuat, semakin keras.
Menteri Kehakiman Marco Buschmann dari Demokrat Bebas liberal, partai terkecil dalam koalisi, mengatakan kepada surat kabar Welt am Sonntag bahwa hukum internasional tidak mengategorikan pengiriman senjata sebagai jalan masuk ke dalam perang.
“Jadi jika (Ukraina) menggunakan hak membela diri yang sah, mendukungnya dengan memasok senjata tidak dapat mengarah pada menjadi pihak dalam perang,” katanya dalam sambutan yang dilihat Deutsche Presse-Agentur (DPA), Sabtu (16/4/2022).
Dia mengatakan ini bukan hanya pandangan pribadinya tetapi juga pandangan pemerintah Jerman.
Buschmann mengatakan Jerman adalah salah satu negara pertama yang mulai secara sistematis menyelidiki kemungkinan kejahatan perang di Ukraina, yang melibatkan polisi federal dan jaksa agung.
Presiden Rusia Vladimir Putin, bagaimanapun, akan dibebaskan dalam hal apapun, kata Buschmann. Hukum internasional menetapkan bahwa kepala negara yang aktif tidak boleh diselidiki.
“Tidak ada keraguan bahwa kekejaman yang menjijikkan dan mengerikan sedang dilakukan di Ukraina oleh tentara Rusia,” katanya.
Untuk membuktikan secara hukum genosida –seperti yang diklaim oleh Presiden AS Joe Biden– harus ada niat untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, kelompok nasional, ras, agama atau etnis, Buschmann menjelaskan.
Dia belum bisa mengatakan apakah ada buktinya. (haninmazaya/arrahmah.id)