BERLIN (Arrahmah.com) – Menteri luar negeri Jerman pada Jumat (25/3/2011) mengatakan “berbahaya” untuk mengancam tindakan militer terhadap para pemimpin otokratis Arab pasca Libya yang dilakukan oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.
“Saya sangat prihatin dengan pernyataan terbaru, termasuk dari mitra Eropa, bahwa kami tidak hanya berbicara tentang Libya tetapi juga pemimpin Arab tentang lainnya,” kata Guido Westerwelle pada sebuah stasiun radio Berlin, dikutip AFP.
“Saya juga prihatin karena kita berdiskusi di Eropa tentang kemungkinan intervensi militer di mana-mana, di Afrika Utara atau dunia Arab, di mana ada ketidakadilan terjadi,” lanjutnya
“Saya melihat ini sebagai sebuah diskusi yang benar-benar berbahaya dengan konsekuensi yang sulit bagi kawasan dan dunia Arab secara keseluruhan,” kata Westerwelle.
Sarkozy – yang negaranya telah berada di garis depan dalam melakukan aksi militer terhadap rezim pemimpin Libya Muammar Gaddafi, sementara Jerman telah menolak untuk berpartisipasi, telah membuat pidato peringatan di Brussels pada Kamis malam (24/3) pada pertemuan puncak Uni Eropa.
“Perancis menyerukan agar ada tidak ada kekerasan terhadap warga sipil yang melakukan aksi protes, itu adalah hak mereka,” pemimpin Prancis itu mengatakan.
“Setiap pemimpin, dan (setiap) pemimpin Arab pada khususnya, perlu memahami bahwa reaksi masyarakat internasional akan selalu sama,” katanya.
Westerwelle berkata: “Kami tidak melihatnya sebagai solusi yang mengancam kita setiap pemimpin Arab dengan intervensi militer oleh masyarakat internasional dan Eropa setiap kali.”
Kekerasan tidak selalu menjadi hasil dari bentrokan antara “demokrat dan sistem otokratik”, kata Wasterwelle, sembari mencatat bahwa bisa jadi penyebab permasalahan mereka adalah suku atau latar belakang agama. (althaf/arrahmah.com)