BERLIN (Arrahmah.com) – Menteri pertahanan Jerman mengatakan pihaknya mendukung penuh pembicaraan dengan ‘moderat’ Taliban di Afghanistan, beberapa hari setelah sebuah komite yang dibentuk untuk menyelidiki serangan mematikan yang diduga kuat ada di bawah kendali Jerman dan mengakibatkan jatuhnya banyak korban sipil.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Welt am Sonntag, Karl-Theodor zu Guttenberg, pada hari Minggu (20/12) mengatakan bahwa dia lebih suka untuk membuka saluran komunikasi dengan suku-suku dan komunitas Afghan moderat dengan tetap memperhatikan resiko potensial dari aktivitas tersebut.
“Tidak semua pemberontak merupakan ancaman langsung bagi masyarakat Barat … Ada perbedaan antara kelompok-kelompok yang memiliki tujuan untuk memerangi budaya kita keluar dengan penolakan radikal terhadap Barat, dengan kelompok-kelompok yang melihat budaya sebagai penghubung tempat di mana Anda tinggal,” kata zu Guttenberg.
Guttenberg pun menolak ajakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk menambah jumlah pasukan di Afghanistan. Menurutnya, konferensi Afghanistan di London akan menawarkan kesempatan bagi siapapun untuk membangun strategi yang mencerminkan pengalaman masing-masing negara sekutu, bukannya mengikuti langkah kebijakan AS begitu saja.
“Saya akan berhati-hati dengan kata-kata: siapapun harus mengikuti Obama … Langkah logis pertama dari setiap pendekatan strategis yang baru tidak berarti kami harus mengirim lebih banyak tentara dan kemudian mengetahui strategi di lapangan, tetapi sebaliknya… merumuskan strategi, kemudian memutuskan berapa banyak pasukan dan warga sipil yang kami butuhkan,” katanya.
Pernyataan itu muncul seiring dengan semakin tidak populernya keberadaan Jerman di Afghanistan yang tetap menjadi pusat perhatian karena melakukan serangan brutal di bawah komando Jerman dan membunuh 142 warga sipil di Kunduz hanya beberapa minggu menjelang pemilihan umum.
Guttenberg dengan tegas menolak untuk mengundurkan diri atas serangan udara kontroversial di dekat kota utara Kunduz, yang menurut pemerintah Kabul membunuh 30 warga sipil, meskipun ia telah memaksa dua pejabatnya mundur untuk mengurangi bukti kejahatannya. (althaf/prtv/arrahmah.com)