BERLIN (Arrahmah.com) – Pemerintah Jerman mencatat sebanyak 1.606 serangan terhadap pengungsi dan tempat penampungan para pengungsi selama tahun 2020. Hal tersebut diungkapkan oleh pihak berwenang pada Selasa (2/3/2021).
Kementerian Dalam Negeri Jerman memaparkan jumlah tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh anggota parlemen yang berasal dari Partai Kiri yang merupakan oposisi.
“Sebanyak 200 orang mengalami luka-luka akibat serangan, yang sebagian besar dilakukan oleh ekstremis sayap kanan,” ujar Kementerian, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Para tersangka yang terlibat dalam sejumlah serangan tersebut juga menargetkan 67 organisasi pengungsi dan para relawan yang membantu pencari suaka.
Berbagai serangan seperti serangan fisik terhadap pengungsi, penghinaan verbal, surat ancaman, perusakan properti, serta pembakaran tempat penampungan pengungsi dilakukan oleh ekstremis sayap kanan.
Anggota parlemen dari Partai Kiri, Ulla Jelpke mengatakan meski negara sedang dilanda krisis kesehatan akibat virus corona dan pemberlakuan lockdown di mana-mana, namun hal tersebut tidak menyurutkan serangan kekerasan yang dilakukan oleh ekstremis sayap kanan terhadap para pengungsi.
“Rasisme di negara ini tidak mengenal lockdown. Terbukti dengan jumlah serangan terhadap pengungsi yang terjadi pada tahun lalu semakin meningkat,” ujar Jelpke.
Jerman saat ini menampung 1,7 juta pengungsi, di mana sebagian besar dari mereka merupakan warga Suriah yang melarikan diri dari kebengisan Bashar Asad dan sekutunya. Mereka diperkiraan tiba di negara Jerman antara tahun 2014 hingga 2016.
Islamofobia, xenofobia dan kebencian anti-migran di Jerman semakin meningkat beberapa tehun terakhir akibat propaganda yang disebarkan oleh kelompok neo-Nazi dan partai sayap kanan Alternatif untuk Jeman (AfD). (rafa/arrahmah.com)