HASAKEH (Arrahmah.id) – Seorang jenderal AS pada Sabtu (11/3/2023) memperingatkan bahwa Timur Tengah menghadapi ancaman yang membayangi dari ‘tentara dalam tahanan’ ISIS, setelah mengunjungi penjara dan kamp di timur laut Suriah yang menahan anggota ISIS dan kerabat mereka.
Jenderal Michael Kurilla, kepala Komando Pusat militer AS, mengunjungi beberapa fasilitas penahanan, termasuk penjara Ghwayran di Hasakeh, tempat ratusan orang tewas setelah jihadis menyerbunya awal tahun lalu, bunyi pernyataan CENTCOM.
“Saat mengunjungi fasilitas penahanan, saya melihat ancaman yang bisa ditimbulkan oleh tentara ISIS yang ditahan ini,” kata Kurilla dalam pernyataan tersebut.
“Antara mereka yang ditahan di Suriah dan Irak, mereka itu benar-benar ‘tentara ISIS dalam tahanan’. Jika dibebaskan, kelompok ini akan menimbulkan ancaman besar secara regional dan di luar,” tambahnya.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung oleh koalisi pimpinan AS, memelopori perang melawan ISIS di Suriah, mendorong kelompok itu dari benteng terakhirnya di negara itu pada 2019.
Puluhan ribu orang, termasuk kerabat tersangka jihadis, telah ditahan selama bertahun-tahun di kamp-kamp yang dikelola oleh otoritas Kurdi, termasuk kamp Al-Hol yang terkenal kejam , tempat sekitar 10.000 orang asing ditahan.
Otoritas Kurdi telah berulang kali meminta negara-negara untuk memulangkan warganya, tetapi pemerintah asing hanya mengizinkan sedikit untuk kembali, karena takut akan ancaman keamanan dan reaksi politik dalam negeri.
“Komandan dan administrator SDF di penjara Ghwayran menggambarkan para tahanan tidak menyesal ataupun tunduk pada radikalisasi kekerasan lebih lanjut, dan ini adalah bom waktu yang terus berdetak,” kata CENTCOM.
Kurilla juga mengunjungi kamp-kamp di Roj dan Al-Hol yang dikelola Kurdi, tempat kerabat tersangka jihadis ditahan.
“Anak-anak di Al-Hol setiap hari berada dalam bahaya indoktrinasi kekerasan,” kata CENTCOM, menambahkan bahwa remaja dengan orang tua berkewarganegaraan asing menyatakan keinginan untuk kembali ke negara asalnya.
Kurilla mendesak repatriasi, rehabilitasi, dan reintegrasi penghuni kamp kembali ke negara dan komunitas asal mereka”, seraya menyebut Al-Hol sebagai titik nyala penderitaan manusia.
Para jihadis diusir dari wilayah Irak pada 2017 tetapi mempertahankan sel tidur di gurun dan tempat persembunyian gunung di Suriah dan negara tetangga Irak.
Pertarungan melawan para jihadis adalah perjuangan untuk keamanan dan stabilitas tidak hanya di Suriah dan Irak, tetapi seluruh kawasan,” kata Kurilla.
“Kami benar-benar tidak dapat membiarkan kebangkitan ISIS.” (zarahamala/arrahmah.id)