WASHINGTON (Arrahmah.com) – Washington harus mempertimbangkan meningkatkan kehadiran militernya di Afghanistan setelah 2016 jika berniat mengalahkan kebangkitan Taliban (baca: Imarah Islam Afghanistan-red), ujar seorang komandan AS pada Selasa (6/10/2015).
Amerika Serikat sedang mengkaji apakah akan terus maju dengan rencana untuk mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan hingga tersisa sekitar 1.000 di awal 2017. Namun Jenderal John Campbell mengklaim “situasi keamanan yang melemah” mungkin memerlukan kebalikan dari penarikan pasukan.
Ditanya apakah perubahan diperlukan, Campbell yang berpidato di depan Komite Senat Angkatan Bersenjata mengatakan bahwa “berdasarkan kondisi di lapangan, berdasarkan transisi yang telah saya bicarakan, saya yakin bahwa kita harus memberikan pilihan kepada pemimpin senior yang berbeda dari rencana saat ini,” seperti dilaporkan AFP.
Pasukan teroris AS di Afghanistan saat ini berjumlah skeitar 9.800 orang, jumlah yang seharusnya telah dibagi dua pada akhir 2015. Namun Obama memberikan fleksibilitas kepada Campbell untuk memperlambat penarikan.
Jenderal tersebut memperlihatkan berbagai kemunduran dalam memerangi Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) termasuk yang baru-baru ini terjadi di provinsi Kunduz dan mengatakan kinerja pasukan Afghanistan tidak merata di musim pertempuran kali ini juga menggarisbawahi bahwa kekalahan mereka akan bertahan dengan baik di luar tahun ini.
Kunduz adalah salah satu lokasi yang menjadi target serangan udara mematikan oleh pasukan teroris AS di mana sebuah rumah sakit dibombardir dan 22 orang yang berada di sana tewas termasuk pasien serta tim medis.
AS berusaha untuk menutupi kekejaman mereka dengan mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan sebuah “kesalahan”.
“Sebuah rumah sakit secara keliru telah dihantam,” ujar Campbell yang menambahkan bahwa AS tidak akan pernah “sengaja” menargetkan fasilitas medis yang dilindungi.
Campbell mengklaim bahwa tiga penyelidikan terpisah sedang dilakukan. Dia juga mengatakan para pejabat AS sedang berkomunikasi dengan Dokter Tanpa Batas atau yang dikenal dengan akronim MSF, badan amal medis yang beroperasi di rumah sakit yang menjadi target serangan AS.
MSF telah mencap serangan tersebut sebagai kejahatan perang dan telah menarik diri dari kota pasca-serangan. (haninmazaya/arrahmah.com)