KRIMEA (Arrahmah.com) – Mantan ketua Majlis Tatar Krimea, Mustafa Jemilev, telah mengklaim bahwa dinas rahasia Rusia memantau masjid-masjid di Krimea, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Kamis (24/4/2014).
Berbicara kepada 5 channel Ukraina, Jemilev mengatakan bahwa petugas dari FSB [Dinas Keamanan Federal] Rusia telah hadir di masjid-masjid Krimea, mencatat jamaah masjid yang memiliki jenggot panjang, orang-orang yang nampak religius, sehingga [mereka yang nampak sangat religius] secara otomatis dikategorikan sebagai Islam “radikal”.
Jemilev telah secara terang-terangan menentang pencaplokan Rusia terhadap Krimea, menyusul referendum pada 16 Maret, di mana orang-orang terutama etnis Rusia dari Krimea memilih untuk berpisah dari Ukraina dan bergabung dengan Moskow.
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin gagal meyakinkan dia bahwa Muslim Tatar Krimea akan dilindungi sepenuhnya di bawah kekuasaan Rusia, Jemilev terus menunjukkan bahwa rumah-rumah Muslim Tatar Krimea ditandai, dan mereka dipecat dari pekerjaan mereka dan mengalami penyerangan karena berbicara dalam bahasa Turki sejak proses pencaplokan oleh Rusia dimulai.
Dalam pertempuran terakhir, sejumlah Muslim Tatar Krimea terluka ketika pemberontak menyerbu gedung Mejlis Tata Krimea untuk menghapus bendera Ukraina dan menggantinya dengan bendera Rusia.
Jemilev – yang telah memperingatkan bahwa Muslim Tatar Krimea menolak untuk mengambil kewarganegaraan Rusia – sekarang menjadi orang asing di tanah mereka sendiri. Jemilev juga mengaku bahwa ia telah dilarang ke Krimea selama lima tahun oleh pemerintah Rusia.
Meskipun Layanan Migrasi Federal Rusia (FMS) membantah telah mengeluarkan larangan terhadap Jemilev, Olga Kovitidi, perwakilan Krimea di Federasi Dewan Rusia, menegaskan bahwa larangan untuk Jemilev telah dikeluarkan, dan dia dilarang memasuki Krimea sampai tahun 2019.
Pemimpin Muslim Tatar Krimea yang telah berusia 70 tahun itu telah menegaskan bahwa sebagian besar di Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) ingin mengasingkan Muslim Tatar Krimea yang mereka anggap sebagai hambatan bagi kepentingan Rusia di wilayah tersebut.
Jemilev baru-baru ini memperingatkan Rusia bahwa Muslim Tatar Krimea tidak akan membiarkan terulangnya peristiwa pada tahun 1944, di mana Muslim Tatar Krimea diasingkan oleh mantan diktator Soviet Josef Stalin untuk digantikan oleh etnis Rusia. Dia juga menegaskan bahwa Muslim Tatar Krimea akan mengangkat senjata untuk mempertahankan diri jika perlu.
(ameera/arrahmah.com)