ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Jaish-e-Mohammed telah mengakui bahwa India menyerang pusatnya di Balakot di Pakistan tetapi mengklaim bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan udara yang meningkatkan ketegangan di antara kedua negara tetangga itu ke tingkat tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, seperti dilansir The Print, Minggu (3/3/2019).
JeM juga mengecam Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, karena “mempermalukan umat Islam dengan melepaskan pilot India” dan mendesak warga Pakistan untuk bergabung dengan jihad di Kashmir.
Komentar JeM ini muncul dalam rekaman audio yang muncul setelah pembebasn Komandan Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, oleh Pakistan, Jumat (1/3).
Varthaman ditangkap oleh pasukan Pakistan pada Rabu setelah jet tempur MiG-21 Bison yang ia kendalikan ditembak jatuh sehari setelah serangan udara India di Balakot. Dia dibebaskan Jumat malam (1/3).
Tidak jelas siapa pembicara utama dalam klip audio itu, tetapi rekaman dimulai dengan perkenalan tamu utama acara – Mufti Abdul Rauf Asghar, saudara Masood Azhar, kepala Jaish-e-Mohammed, dan ungkapan terima kasihnya atas kehadiran Abdul Rauf.
Sumber di Peshawar mengatakan bahwa audio berasal dari acara yang diadakan di kota Peshawar pada Kamis malam (28/2) di sebuah masjid di GT Road yang disebut Masjid wa Madrassah Sanan bin Salma.
Pembicara lain dan peserta pada acara tersebut termasuk Moulana Mujahid Abbas, Moulana Qutubuddin, Moulana Nizamuddin, yang semuanya berafiliasi dengan JeM. Acara ini diadakan untuk memberikan penghormatan kepada almarhum Moulana Yousuf Ludhianvi, seorang pemimpin pemberontakan yang menjadi sasaran dan dibunuh di Karachi pada tahun 2000.
Secara resmi, JeM telah dilarang di Pakistan sejak tahun 2002.
Dalam rekaman tersebut, pemimpin JeM memulai dengan mengatakan dia harus membuat klarifikasi tentang perkembangan terakhir mengenai klaim India atas serangan di Pakistan. Dia kemudian mengakui bahwa pasukan India melakukan serangan udara dan menjatuhkan bom di markaz (pusat) mereka di Balakot tempat sejumlah siswa belajar di madrasah yang mereka kelola.
Pembicara menolak klaim India tentang anggota JeM yang terbunuh dalam serangan dan mengatakan bahwa tidak ada yang terluka.
Rekaman yang berdurasi hampir 15 menit berlanjut dengan penjelasan wajibnya jihad saat ini bagi setiap Muslim Pakistan karena India telah menyeberang ke wilayah Pakistan. Jihad, oleh karena itu, seharusnya tidak lagi dipandang sebagai agresi tetapi lebih sebagai sarana untuk membela Pakistan, katanya.
Dia juga menjelaskan bagaimana di masa lalu jihad telah ditafsirkan aksi yang disponsori oleh “agen-agen” Pakistan tetapi hal itu tidak lagi harus disebut sehingga India sendiri mengklaim sekarang bahwa ia telah meluncurkan perang melawan Pakistan dan oleh karena itu Pakistan harus merespons.
Perselisihan ego
Ayesha Siddiqa, penulis Military Inc. dan pakar militansi di Asia Selatan, mengatakan tidak mengejutkan melihat JeM menggunakan aksi India 26 Februari itu sebagai propaganda untuk perekrutannya di Pakistan.
“JeM tampaknya menggunakan tindakan India yang mungkin gagal di Pakistan untuk memajukan agendanya sendiri dalam mengumpulkan orang-orang untuk jihad,” tutur Siddiqa.
JeM dan kelompok-kelompok jihad yang terfokus Kashmir lainnya, lanjut Siddiqa, terus beroperasi secara bebas di dalam Pakistan karena mereka tidak menimbulkan ancaman bagi Pakistan dan melayani kepentingan militer Pakistan.
“Dalam konteks saat ini, sekarang juga menjadi masalah ego, karena pemerintah Pakistan tidak ingin dilihat menyerah pada tekanan India,” katanya.
Niazi yang lain
Pemimpin JeM dalam rekaman audio juga mengkritik langkah Imran Khan untuk melepaskan Komandan Abhinandan dengan menyebut PM sebagai Niazi, nama keluarga yang jarang digunakan Khan.
“Sebelumnya, seorang Niazi kehilangan setengah dari negara itu dan 90.000 tentara dan hari ini seorang Niazi lainnya telah mengembalikan pilot India dan telah mengubah kemenangan menjadi kerugian kami. Dia telah tunduk di depan musuh dan telah mempermalukan umat Islam,” kata pembicara, merujuk pada peristiwa Desember 1971 ketika Jenderal Angkatan Darat Pakistan Amir Abdullah Khan Niazi menyerah ke India di Pakistan Timur.
Rekaman itu ditutup dengan teriakan para peserta berisi slogan anti-Modi, anti-India, dan seruan untuk berjihad di Kashmir. (Althaf/arrahmah.com)