JAKARTA (Arrahmah.com) – Ahli psikologi, Hellen Damayanti, mengatakan, survei menunjukkan 44 persen pelajar merasa stress menghadapi ujian dan tugas.
Menurut dia di Jakarta, Rabu, tingkat stress remaja menjelang ujian nasional sangat tinggi, sedangkan 12 persen diliputi kegalauan akibat rasa takut tidak naik kelas.
“Faktor lain karena para pelajar merasa bingung mencari sekolah lanjutan atau pindah ke sekolah yang dinilainya tepat,” katanya.
Padahal, lanjut Damayanti, tips memilih sekolah lanjutan adalah memilih sekolah atau akademi atau universitas dari ilmu yang didapatkan. Sehingga ketika mengaplikasikan ilmunya itu di dunia kerja bisa sesuai.
Hal yang lain yang bisa dilakukan agar terhindar dari stress untuk menentukan sekolah lanjutan adalah dengan menghitung biaya pendidikan, lama waktu pendidikan, kualitas lulusan dan kemudahan setelah lulus. “Do your best and let God do the rest,” katanya.
Direktur ASTRI Universitas Budi Luhur, Fenti Sofiani, menambahkan, Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Kejuruan (SMK) masih menjadi hal menakutkan para pelajar.
“Kami prihatin terhadap remaja saat ini yang mengalami kegalauan menjelang UN. Tingkat stress pelajar sangat tinggi,” katanya.
Dia menambahkan, rasa galau yang menimpa remaja bukan hanya terjadi karena ketiadaan koneksi internet, tetapi juga pada saat mereka akan mengikuti ujian. Kegalauan para siswa tersebut, ironisnya ditambah dengan banyaknya tugas dari guru.
“Mereka juga galau mau kuliah di mana. Semoga setelah mereka mengikuti pebekalan ini, para pelajar itu bisa mengurangi kegaluan mereka menghadapi ujian negara nanti,” katanya. (azm/antara/arrahmah.com)