IDLIB (Arrahmah.id) — Abu Muhammad al Jaulani, pemimpin kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS) mengatakan pada hari Sabtu (27/5/2023) bahwa peta pertempuran di Aleppo akan diubah dalam dua tahun mendatang.
“Aleppo adalah pintu gerbang ke Damaskus dan kami akan menjadi fokus selama satu atau dua tahun,” ujar Jaulani selama konferensi revolusioner pengungsi di Idlib, seperti dikutip North Press Agency (28/5).
“Kesiapan militer berada pada level tertinggi,” tambahnya.
Pada hari Senin (29/5), sebuah sumber militer yang beroperasi dalam jajaran HTS, mengatakan kepada North Press bahwa HTS membunuh 40 tentara dan perwira pasukan pemerintah Suriah di barat laut Suriah sebagai tindak lanjut pernyataan Jaulani.
Sumber itu menambahkan bahwa ruang operasi gabungan Suriah-Rusia menjadi sasaran, yang mengakibatkan terbunuhnya sejumlah tentara dan perwira, termasuk seorang perwira yang dikatakan sebagai orang Rusia.
Situs web Rusia pada hari Ahad mempublikasikan berita pembunuhan Kolonel Oleg Viktorovich Pechevisty dari Direktorat Intelijen Utama Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia saat bertugas di Suriah.
Sumber HTS mengungkapkan bahwa 30 tentara pemerintah terluka selama bulan Mei di pedesaan Hama, Aleppo, Latakia, dan Idlib.
HTS sebelumnya, pada tahun 2013, bernama Jabhah Nusrah (JN). Mereka adalah utusan dari kelompok militan Islamic State of Iraq (ISI) yang di kemudian hari berubah menjadi Islamic State Iraq and Syria (ISIS). Perubahan ISI menjadi ISIS, membuat JN melepaskan baiat dan beralih mendeklarasikan kesetiaan barunya pada Ayman al Zawahiri, pemimpin AQ.
Pada tahun 2016, JN berganti nama menjadi Jabhat Fath Sham (JFS) yang merupakan gabungan banyak faksi-faksi besar dalam revolusi Suriah. Namun usaha ini tidak mendapat restu penuh dari Zawahiri sehingga membuat JFS pun berganti nama menjadi HTS pada Januari 2017 sekaligus pemutusan hubungannya dengan AQ Pusat. (hanoum/arrahmah.id)