JAKARTA (Arrahmah.id) – Suriah, pilar utama strategi Iran, telah mengalami kehancuran rezim al Assad yang dikenal sebagai pemerintahan tiran, penuh korupsi, dan tunduk pada kepentingan asing di Suriah, diperkirakan akan mengakhiri dominasi Iran di negara tersebut. Peristiwa ini sekaligus menandai pukulan telak terhadap proyek strategis ekspansi regional Iran di kawasan Arab.
Menurut Prof. Dr. Abd al-Fattah Al-Awaisi, seorang pakar hubungan internasional, posisi geopolitik Suriah sangat krusial dalam strategi Iran.
“Suriah adalah pilar utama dalam proyek ekspansi Iran di kawasan Arab. Jatuhnya rezim Bashar al-Assad akan menghancurkan jalur pengaruh Iran yang selama ini menghubungkan mereka dengan sekutu regionalnya,” ujar Al-Awaisi.
Al-Awaisi juga menyoroti pernyataan Mahdi Taeb, ketua Pusat Strategis Ammar, yang pada 14 Februari 2013 menyatakan bahwa “Suriah adalah provinsi ke-35 Iran dan merupakan wilayah strategis bagi kami. Jika musuh menyerang dan mencoba merebut Suriah atau Khuzestan, kami harus mempertahankan Suriah lebih dulu.”
Menurut Taeb, kehilangan Suriah berarti kehilangan kendali atas Teheran. “Jika kami mampu mempertahankan Suriah, kami bisa merebut kembali Khuzestan. Namun jika kami kehilangan Suriah, kami tidak akan bisa mempertahankan Teheran,” tambahnya.
Kesempatan bagi Kekuatan Muslim di Kawasan
Prof. Dr. Abd al-Fattah Al-Awaisi menegaskan bahwa kondisi ini merupakan peluang bagi kekuatan-kekuatan Muslim di kawasan untuk meninjau ulang hubungan strategis dengan Iran. “Kehancuran rezim Assad bukan hanya akhir dari tirani di Suriah, tetapi juga momentum untuk membangun kembali keseimbangan geopolitik di Timur Tengah,” tutupnya. (saifalbattar/arrahmah.id)