JAKARTA (Arrahmah.com) – Seringnya pesawat millik TNI-AU mengalami kecelakaan ditengarai karena pemerintah lalai dalam menjalankan tugasnya. Salah satunya adalah memberikan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan.
“Malah terkesan Dephan masih lebih senang menghamburkan devisa membeli Alutsista dari luar negeri ketimbang memesan produksi dalam negeri. Bahkan, sekadar memperbaiki pesawat ataupun kapal-kapal perang. Lebih dari itu, sekadar bahan peledak dan senjata genggam untuk kepolisian saja, pemerintah lebih gemar mengimpor,” kata anggota Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra di Jakarta.
Menurut Ketua DPP PBB ini, memang Indonesia belum sanggup membuat pesawat Hercules sendiri. Namun, hal tersebut tidak lantas mengurangi perhatian pemerintah terhadap alat utama sistem persenjataan (Alutsista).
“Tetapi kita sesungguhnya cukup memiliki kesanggupan untuk memroduksi Alutsista jenis lain, baik untuk kebutuhan AU, AL atau AD seperti panser, helikopter dan lain-lain,” katanya.
Masalahnya, lanjut dia, sejauh ini keberpihakan serta komitmen pemerintah untuk membangun industri pertahanan dalam negeri masih amat minim.
“Malah terkesan Dephan masih lebih senang menghamburkan devisa membeli Alutsista dari luar negeri ketimbang memesan produksi dalam negeri. Bahkan, sekadar memperbaiki pesawat ataupun kapal-kapal perang. Lebih dari itu, sekadar bahan peledak dan senjata genggam untuk kepolisian saja, pemerintah lebih gemar mengimpor,” terangnya.
Dari pertemuan Komisi I DPR RI dengan sejumlah pimpinan BUMN Industri Strategis (BUMNIS) minggu lalu, tutur dia, ketidakseriusan pemerintah dalam mendukung industri pertahanan nasional terlihat dengan jelas.
“Tak hanya itu. Tidak adanya cetak biru pertahanan nasional selama sekian tahun (kecuali baru ada setahun yang lalu), jelas pula mengisyaratkan bahwa pertahanan kita (termasuk pembelian Alutsista) memang dilakukan serampangan dan tanpa perencanaan,” tandas adik kandung Yusril Ihza Mahendra ini. (Althaf/inlh/arrahmah.com)