BAKHMUT (Arrahmah.id) – Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Bakhmut mirip dengan Hiroshima setelah pengeboman nuklir pada 1945.
Kota tenggara yang porak-poranda, yang dihuni sekitar 70.000 orang sebelum perang meletus, telah menjadi reruntuhan setelah pengepungan selama 10 bulan.
“Tidak ada yang hidup yang tersisa. Semua bangunan telah hancur,” kata Zelenskyy pada pertemuan Kelompok Tujuh (G7) di Hiroshima pada Ahad (21/5/2023).
Beberapa jam sebelumnya, Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok tentara bayaran Wagner, mengumumkan pengambilalihan penuh Bakhmut sementara Kiev mengatakan bahwa mereka masih menguasai pinggiran kota pertambangan dan universitas tersebut.
Jika dikonfirmasi, perebutan Bakhmut akan menjadi kemenangan militer pertama Rusia sejak jatuhnya Soledar, sebuah kota yang jauh lebih kecil di timur laut Bakhmut, pada Januari.
Namun, kemenangan ini lebih bersifat simbolis daripada strategis -terutama mengingat harapan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan serangan kilat di Ukraina pada Februari 2022.
Bakhmut sebagian besar direbut oleh pasukan Wagner, sebuah kelompok yang sebagian besar terdiri dari narapidana yang tidak terlatih yang direkrut dari penjara-penjara Rusia setelah tentara reguler Rusia terbukti tidak terorganisir, berkecil hati, dan kurang terlatih, lansir Al Jazeera (22/5).
Wagner memulai serangan gelombang manusia, yang disebut “meat marches”, pada Desember. Mereka didukung oleh tembakan artileri dan mortir yang masif dan hampir sepanjang waktu serta serangan udara.
Seorang ahli militer Ukraina mengatakan bahwa Wagner telah kehabisan tenaga dan peralatan dalam kemajuan mereka yang lambat, dari jalan ke jalan.
“Ini adalah kemenangan besar bagi Wagner,” kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, kepada Al Jazeera.
“Prigozhin juga memahaminya,” katanya. “Dia hanya harus melaporkan hasil politik-militer [kepada Putin], sesuatu yang terpisah dari Soledar.”
Prigozhin dilaporkan telah membuat janji pribadi kepada Putin untuk merebut Bakhmut, meskipun kota itu telah kehilangan transportasi dan logistik penting bagi pasukan Ukraina, yang mengalihkan jalur suplai mereka tahun lalu.
Romanenko mengatakan bahwa pasukan Kiev masih menguasai bukit-bukit di dekat Bakhmut, mencegah gerak maju Rusia ke arah kota-kota yang dibentengi dengan kuat, seperti Chasiv Yar, Konstantinivka, Kramatorsk, dan Sloviansk.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada G7 bahwa Rusia telah kehilangan 100.000 prajuritnya di sana sejak pengepungan dimulai pada Juli – lebih banyak daripada seluruh penduduk sipil Bakhmut sebelum perang.
Rusia kehilangan lima tentara untuk setiap satu tentara Ukraina, klaimseorang sumber NATO kepada CNN pada Ahad (21/5).
Prigozhin mengatakan bahwa tentara bayarannya akan mundur dari Bakhmut dalam beberapa hari ke depan.
Mereka akan menyerahkan kota itu kepada tentara reguler Rusia, katanya, sesuatu yang bisa menjadi masalah karena mereka sebagian besar terdiri dari orang-orang yang baru saja dimobilisasi dengan pelatihan yang buruk dan moral yang rendah.
Ukraina tidak pernah membocorkan kerugian militernya, tetapi kerugian itu begitu parah sehingga Gedung Putih mendesak Kiev untuk meninggalkan Bakhmut pada Februari, menurut dokumen AS yang bocor. (haninmazaya/arrahmah.id)