JAKARTA (Arrahmah.com) – Juru Bicara Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), ustadz Son Hadi menyayangkan pernyataan dan tudingan dari pihak-pihak tertentu, yang mengatakan jika JAT adalah organisasi teroris. Ia mengatakan pernyataan itu sebagai pembodohan masyarakat.
Pria yang akrab dipanggil Ustadz Son ini juga mengatakan banyak pihak yang asal menuduh, namun tidak melihat kejadian sebenarnya secara utuh. “Mereka selalu menggunakan politik kooptasi dan stigma, tidak melihat pada kejadian sebenarnya dan diarahkan ke kel-kelompok tertentu. Ini pembodohan masyarakat,” tegasnya dalam diskusi ‘Teror Tak Kunjung Usai’ di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9/2012).
Ia mempertanyakan tuduhan-tuduhan oleh pihak terkait kepada kelompok Islam tertentu sebagai icon aksi terorisme di Indonesia. Sementara dalam beberapa kesempatan pihaknya sudah menjelaskan, misalnya Jamaah Ansharut Tauhid, memiliki keanggotaan yang jelas dan sudah dilaporkan keberadaannya.
Terkait hal ini pula, ia meminta pihak terkait untuk mengajak dialog orang-orang yang dianggap sebagai mentor dan ideolog yang diduga telah mengajarkan ajaran fanatisme. “Selama ini orang-orang yang dianggap sebagai mentor dan ideolog yang diduga mengajarkan fanatisme ini tidak pernah diajak dialog,” jelas ustadz Son.
Karena dalam melihat persoalan terorisme di Indonesia. Ia mengibaratkan sebuah penyakit yang didiagnosa tetapi bisa salah, obat yang diberikan juga kerap salah. Makanya perlu dicari akar permasalahan sebenarnya dengan baik dan benar sekaligus mempertegas adanya perbedaan antara jihad dengan terorisme secara mendetail. “Misal anak koruptor bisa disebut koruptor? Ini yang perlu dijelaskan. lembaga pendidikan agama manapun ga pernah mengajarkan kekerasan,” ujarnya.
Menurut Son Hadi, memang beberapa terduga pelaku tindakan terorisme ini berasal dari pesantren yang didirikan oleh ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Namun, itu hanya segelintir orang saja, sehingga tidak bisa digeneralisir mayoritas lulusan pesantren Ngruki melakukan aksi teror.
“Alumni Ngruki itu banyak. Ada di PDIP, direktur Bank Syariah di Jateng, mungkin juga ada di NasDem. Apa itu teroris? Kita terjebak pada kata Ngruki. Tapi bukan itu intinya,” kata ustadz Son Hadi. (bilal/dbs/arrahmah.com)