JAKARTA (Arrahmah.com) – Direktur Jamaah Ansharut Tauhid Media Center (JMC), Son Hadi mengungkapkan bahwa aksi penembakan terhadap polisi di Pondok Aren beberapa waktu lalu, bukanlah sesuatu yang istimewa.
Pasalnya selama ini aksi penembakan dan penyerangan terhadap polisi memang kerap terjadi seperti di Papua. Namun, menurut Son Hadi kasus penembakan polisi Pondok Aren kali ini seolah diangkat sebagai pengalihan isu.
“Saya pikir peristiwa pembunuhan polisi bukan sesuatu peristiwa yang istimewa ya. Bukan sesuatu yang baru, tetapi merupakan rangkaian yang cukup panjang. Polisi bisa menjadi korban baik itu di Papua, kemudian di antara polisi yang diserang aparat lain, bahkan Polisi bunuh polisi, polisi yang bunuh diri pun juga ada. Tetapi justru menjadi menarik manakala ketika ada kasus korupsi Kepala SKK Migas tiba-tiba ada peristiwa penembakan polisi pondok aren. Lantas dihubungkan siapa pelakunya dengan terorisme dan lain sebagainya, seperti ada pengalihan isu,” ujarnya di maktab JAT, Jalan Siaga II, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Rabu (28/8/2013).
Kasus penembakan maupun sejumlah penyerangan yang menyasar polisi bisa jadi lantaran akumulasi kekecewaan masyarakat.
“ini bisa jadi merupakan akumulasi dari ketidaknyamanan masyarakat terhadap polisi itu sendiri. Memang ada polisi itu baik, kata Gus Dur yaitu Hugeng bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur,” ujarnya sambil berkelakar.
Menurut JAT polisi memang tak lagi menjadi pengayom masyarakat. Faktanya dari mulai tilang, pelaporan kehilangan, kasus korupsi hingga sikap brutal Densus 88, jelas yang menjadi korban adalah masyarakat.
“Kalau kita bikin angket atau bikin jajak pendapat saya yakin 90% lebih bahwa polisi itu membuat tidak nyaman, baik dalam urusan lalu lintas (tilang),urusan pelaporan kehilangan, kasus korupsi dan lain sebagainya. Bahkan tak jarang ketika orang melapor polisi justru dikriminalisasi polisi. Ditambah lagi akhir-akhir ini tindakan brutal Densus 88 yang mendapatkan teguran keras dari Komnas HAM tentang tindakan yang main bunuh, ini merupakan akumulasi-akumulasi yang harus dapat memahami mengapa hari ini polisi menjadi sasaran tembak dan menjadi sasaran kebencian masyarakat,” jelasnya.
Adapun terkait pelaku, JAT memaparkan analisa sejumlah pengamat bahwa pelakunya adalah GM.
“Dimulai daripada penyidikan di TKP disimpulkan bahwa pelakunya terlatih dan profesional, ada yang menyatakan bukan teroris, bahkan ada yang menyatakan itu adalah pasukan siluman, bahkan lebih dekat lagi seorang pengamat mengatakan pelakunya itu GM (Gerakan Misterius), ya walaupun ada nama-nama yang mirip dengan itu,” imbuhnya.
JAT Serukan Polisi Bertaubat dan Tinggalkan Pekerjaannya
JAT melihat dampak dari kasus penembakan sejumlah polisi dari mulai di Ciputat, maupun Pondok Aren, aparat terlihat panik.
“Ini kepanikan yang dia sendiri tidak tahu. Mereka tidak mau introspeksi diri, ‘kenapa sih kita diserang?’ jadi yaa jadi kalap gitu,” kata Son Hadi.
Di sisi lain, selama ini polisi seolah begitu dimanjakan oleh pemerintah ketimbang TNI.
“Selama ini polisi dimanjakan dengan kebijakan-kebijakan politik, aliran-aliran dana, yang dulu dibagi dengan TNI sekarang diambil alih oleh polisi,” bebernya.
Son Hadi pun memberikan nasehatnya kepada para anggota Polri agar merenungi sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.
ليأتين عليكم أمراء يقربون شرار الناس ويؤخرون الصلاة عن مواقيته، فمن أدرك ذلك منكم، فلا يكونن عريفا ولا شرطيا ولا جابيا ولا خازنا، رواه ابن حبان في صيحيحه
“Sungguh akan pasti datang kapada kalian para pemimpin yang menjadikan manusia-manusia terjelek sebagai orang dekatnya dan mengakhirkan sholat dari waktu waktunya, maka barang siapa diantara kalian yang mendapatkan zaman itu, maka jangan sekali kali ia menjadi pembantu mereka, juga jangan pula menjadi polisi mereka, jangan pula sebagai tukang pemungut (pajak) mereka dan jangan pula sebagai tukang bendahara mereka.” (H.R. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
سيكون في آخر الزمانِ شرطةٌ يغدون في غضب الله ويروحون في سخط الله
Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. (H.R. Thabarani).
“Kita lihat hadis itu kemudian kita hubungkan dengan zaman sekarang, pejabat mana yang tidak menzholimi rakyat? Mereka menjual kekayaan negei ini kepada Amerika, korupsi dimana-mana dan menjadi rela menjadi budak Amerika
Jadi kembali pada konteks-konteks hadist tadi bahwasannya ini menjelaskan kepada kita dan merupakan sebuah peringatan bagi polisi-polisi itu,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia menyerukan para anggota polisi agar bertaubat, meninggalkan jabatannya sebagai anggota polisi karena terancam murtad.
“Dari sisi syar’i bahwa sebenarnya membantu sistem kufar bisa menyebabkan murtad. Jadi sudah seharusnya mereka bertobat dari anggota polisi, yakni keluar dari polisi. Nah, sekarang paling tidak nyaman jadi polisi. Sudah terancam murtad dan dia menjadi sasaran tembak bagi pihak yang membenci polisi. Sekali lagi yang membenci polisi cukup banyak, entah mereka preman, pasukan siluman ataupun yang lainnya,” pungkasnya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)