JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemerhati Kontra Terorisme dan Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) Haris Abu Ulya mengatakan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) telah menjadi operasi target intelijen Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Posisi JAT menjadi target operasi intelijen, dengan target dibubarkan atau dibuat seperti macan ompong. Atau sebaliknya jika perlu di radikalkan sekalian supaya mudah di kriminalkan untuk kepentingan proyek kontra terorisme oleh BNPT dan Densus88,” kata Harits Abu Ulya kepada arrahmah.com, Senin (4/8/2014).
Pendiri dan Pelayan Majlis Al Bayan ini menyebut, semua proyek penindakan orang yang dituduh teroris banyak dikaitkan dengan JAT. Dan bahkan para pimpinan JAT banyak masuk penjara, tapi semua itu tidak berpengaruh kepada eksistensi JAT.
“Nah, strategi yang soft ternyata lebih manjur untuk melemahkan JAT. Yaitu, langkah “menarik” ustad Abu dari JAT atau membawa ustad Abu bersama gerbong JAT nya untuk lebih “radikal” dengan akidah takfiriyah bahkan kalau perlu mampu menjadikan ustad Abu mengambil sikap yang bisa memberikan legitimasi terhadap kepentingan pendukung ISIS,” terang Haris
Hal ini diungkapkannya terkait pilihan ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang berbaiat kepada Khalifah Al Bagdady.
“Pilihan ustadz Abu untuk berbaiat kepada Khalifah al Bagdady bukan sebuah kebetulan. Karena ada proses panjangan sebelumnya. Dari data-data empirik yang saya dapatkan terlihat bagaimana sebuah pengkondisian “hight pressure” yang endingnya membuat ustad Abu inheren dengan para pendukung ISIS baik yang ada dalam Lapas maupun yang diluar Lapas,” jelasnya.
Dirinya juga mengaku jauh hari telah mengingatkan tentang kemungkinan Ustad Abu dengan JAT-nya seperti keadaan sekarang kepada beberapa qiyadah JAT.
Menurut Haris, dengan begitu BNPT seperti saat ini bisa berkoar-koar bahwa benar adanya jaringan teroris global di Indonesia. ISIS/IS di Indonesia bobot isu dan impact-nya akan berbeda jika ustad Abu Bakar Ba’asyir yang menjadi pendukungnya jika dibandingkan hanya seorang Aman Abdurrahman, intelijen saya rasa paham hal tersebut.
“Jadi efek dominonya luar biasa, baik tehadap eksistensi JAT, posisi ustad Abu dan secara umum terhadap masa depan pergerakan Islam di Indonesia yang mereka konsen dalam penegakkan syariat dan Khilafah. Pihak intelijen akan mengelola sesuai dengan blue print management konflik dalam kontek politik keamanan di indonesia,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, ormas Islam Jamaah Ansharut Tauhid mengalami perpecahan pasca baiat Amirnya kepada Al Baghdadi.
Mantan Juru Bicara JAT Ahmad Fatih menyebutkan, kelompok yang dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Baasyir (ABB) yang setuju dan mendeklarasikan dan mendukung Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) tidak banyak, bila dibandingkan dengan jumlah anggota yang tersebar di beberapa wilayah.
“Anggota JAT ada 2 sampai 3 ribu orang, hanya 5 persen saja yang mendukung ISIS,” kata Ustad Fatih saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (2/8/2014), tulis detik.com.
Mereka yang memberikan dukungan kepada ISIS, setelah Ustad ABB menetapkan sikapnya untuk mendukung kelompok yang saat ini menduduki tiga perempat Iraq dan setengah wilayah Suriah. Awalnya, kata Fatih, ABB masih belum memberikan sikapnya sejak Suriah dan Iraq bergejolak.
“Namun dalam perjalanannya, ustad ber-bai’ah untuk mendukung ISIS,” kata Fatih.
Ustadz Ba’asyir yang kini menghuni Lapas Pasir Putih Nusakambangan, kata Fatih, tidak memaksa kepada para anggotanya untuk ikut memberikan dukungan kepada ISIS. Beliau memberikan beberapa opsi kepada anggotanya terkait dengan deklarasi ISIS tersebut.
“Pertama, yang setuju dengan ustad silakan tetap di JAT dan ikut ber-bai’ah dengan Al-Bahgdadi,” kata Fatih.
Opsi kedua adalah mereka yang tidak setuju dengan ABB dipersilakan untuk keluar dari JAT dan membentuk tanzim (kelompok) baru. Sementara pilihan terakhir adalah memberikan waktu kepada mereka yang masih ragu untuk ikut atau tidak dalam mendukung gerakan ISIS.
“JAT ada tujuh imaroh (wilayah), dan ada enam imaroh tidak setuju, sementara satu imaroh masih berpikir,” kata Fatih. Enam wilayah tersebut adalah Jabar, Jateng, Jatim, DKI Jakarta, Sumatera, NTB-NTT. Sementara yang masih menimbang adalah Banten. (azm/arrahmah.com)