JAKARTA (Arrahmah.com) – Terpilihnya eks wakil bos intel Maroef Sjamsoeddin sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, dinilai banyak kejanggalan. Maroef adalah mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang terpilih menjadi bos perusahaan yang berinduk di Amerika Serikat. Dugaan kuat dia akan sangat loyal dengan AS.
Kolonel (Purn) Fauka Nur Farid, mantan Perwira Khusus Intel Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI mencium keanehan Maroef jadi Presdir Freeport.
“Dia itu (Maroef) mantan Waka BIN, sekarang dia malah jadi Presiden Direktur PT. Freeport, itu aneh,” katanya, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (10/12/2015), lansir Poskota.
Menurutnya, dengan terpilihnya Maroef, PT Freeport dipastikan tidak memilih sembarang orang untuk menduduki posisi strategis. Sehingga Fauka menilai, ada kepentingan khusus dari AS.
“Kita pakai logika saja, kenapa mantan Wakabin jadi Direktur Freeport, padahal perusahaan itu punya Amerika,” ujarnya.
Ditambahkan Fauka, penunjukan Maroef sebagai Presiden Direktur PT Freeport, dirasa tidak lepas adanya campur tangan Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Ini juga berasal dari daerah yang sama. Pasti ada kepentingan dibalik semua ini,” katanya.
Mengutip cnnindonesia, jauh sebelum bergabung dengan Freeport Indonesia, Maroef ialah perwira tinggi yang menjabat Komandan Skuadron 465 Korps Pasukan Khas TNI AU. Bermula dari militer, Maroef dipercaya menjadi Atase Pertahanan RI untuk Brasil. Perjalanan karier Maroef selanjutnya ialah dunia intelijen. Dia tak lain merupakan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara Republik Indonesia periode 2011-2014. Di BIN, Maroef juga pernah memegang jabatan sebagai Staf Ahli Pertahanan Keamanan dan Direktur Kontra Separatis.Kecakapan dan pengalaman Maroef di bidang pertahanan, militer, dan intelijen akhirnya membuat Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia James Robert Moffett jatuh hati padanya.
Awal ketertarikan Moffett pada Maroef adalah ketika sang Wakil Kepala BIN menangani pemogokan karyawan Freeport Indonesia pada tahun 2011. Maroef berhasil mengatasi pemogokan itu, dan Moffett di kemudian hari menawarkan jabatan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia kepada Maroef. Moffet yakin, Maroef mampu memimpin Freeport Indonesia, termasuk memperoleh perpanjangan kontrak karya di Indonesia. Maroef pun memutuskan untuk menerima tawaran Moffett, dan jabatan baru resmi diembannya pada 7 Januari 2015: Presiden Direktur PT Freeport Indonesia.
Diberitakan sebelumnya, Maroef melakukan perekaman dalam pertemuan bertiga, yakni Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha migas M Riza Chalid, dan dirinya sendiri, di sebuah hotel di Jakarta. Rekaman pembicaraan itu kemudian diberikan kepada Menteri ESDM Sudirman Said. Rekaman itu yang kemudian oleh Sudirman diberikan ke MKD DPR, dan belakangan menjadi geger dunia politik Indonesia.
MKD kemudian mendengar kesaksian Maroef. Kamis (10/12) kemarin, MKD gagal mendapatkan rekaman suara asli percakapan Ketua DPR Setya Novanto dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha Riza Chalid dari Kejaksaaan Agung. Rekaman batal dipegang MKD karena pemiliknya, Maroef, tak bersedia meminjamkan alat bukti itu kepada siapapun selain Kejaksaan Agung. (azm/arrahmah.com)