Oleh Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)
(Arrahmah.com) – Semangat arek-arek Jawa Timur untuk beraksi pada Jumat 2 Desember 2016 tak terbendung. Gelora untuk hadir pada aksi bela islam III mengalahkan segalanya. Meskipun beberapa pihak menghadang dan mencoba meredamnya. Kondisi ini tentu sangat mudah terbaca dari beragam pernyataan pejabat dan pihak keamanan. Sampai-sampai Polrestabes Surabaya memberikan instruksi agar tidak memberikan ijin trayek pengangkutan massa ke Jakarta. Hal itu pula dirasakan di sejumlah daerah hingga muncul keresahan.
Tak ada rotan akar pun jadi. Masyarakat tampaknya tak ambil pusing untuk menggunakan beragam cara agar sampai Jakarta. Banyak jalan menuju Jakarta. Tak ada bus, mobil pun jadi. Tak ada mobil, sepeda motor pun tak masalah. Bahkan berjalan kaki pun siap dilakoni. Sayangnya, di Tuban yang merupakan perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah siap siaga personel 350 personel gabungan. Tujuannya untuk mengimbau warga supaya tidak ikut aksi jilid III di Jakarta, 2 Desember 2016. Personel gabungan juga akan melakukan kegiatan di wilayah perbatasan bersama TNI dan Satpol PP untuk mengimbau masyarakat yang berangkat ke sana tertib dan mematuhi aturan.
Justru angin segar dihembuskan oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. Beliau menyatakan tak bisa melarang warga Jawa Timur untuk ikut aksi 212, karena itu hak dan dilindungi konstitusi. Soekarwo berpesan untuk menjalankan kewajibannya saat di lapangan, yakni melakukan dengan tertib dan tidak menutup jalan demi kepentingan umum.
Lain Gubernur lain lagi dengan pejabat di bawahnya. Wabup Sampang, Fadhilah Budiono, melarang PNS untuk ikut aksi 212 di Jakarta. Ada ancaman sanksi. Sebab, PNS saat itu sedangn pada posisi aktif bekerja sebagai abdi negara. Wabup Sampang mengingatkan agar PNS netral sebagaimana UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Walikota Surabaya pun membujuk warga agar tidak berangkat ke Jakarta dengan disediakan makanan. Hal ini dikarenanakan di Balai Kota Surabaya ada acara Maulid Nabi. Risma khawatir makanan dan tumpeng yang sudah dipesan banyak tak habis dimakan jika banyak warga yang ke Jakarta.
Umat Bersatu
Ahad, 27 November 2016, Masjid Al Falah Surabaya menjadi saksi heroisme kebersatuan umat. Ormas Islam berasal dari lintas organisasi tumplek blek demi menyatukan asa menuju persiapan aksi bela Islam III. Ustadz Bachtiar Nasir dari GPNF-MUI meminta doa dan dukungan dari masyarakat Jawa Timur, agar aksi 212 bisa berjalan lancar. Hal ini mengingat aksi 212 banyak dikonotasikan dengan aksi makar. Padahal umat Islam sayang terhadap keutuhan NKRI. Perbedaan pejuang dahulu dengan pejabat sekarang adalah jika dahulu pejuang berjihad membebaskan dari penjajahan. Kemudian memberikan warisan terbaik kepada anak cucu kelak agar bisa menikmati keindahan Indonesia. Adapau pejabat sekarang berlomba-lomba memperkaya diri sendiri, meski harus menjual NKRI. Jika itu terjadi ke depan anak-cucu susah lihat pantai gratis, susah menikmati kesuburan tanah Indonesia karena semua banyak tergadai melalui mekanisme neoliberalisme-kapitalisme.
Bachtiar Nasir juga berpesan agar tidak terpengaruh bahwa gerakan ini perebutan kekuasaan Barat (AS) dan Cina (Timur). Umar Islam bergerak karena aqidah mereka dihinakan. Jadi tidak benar gerakan Bela Islam ditunggangi Demokrat atau Gerindra. Umat Islam Indonesia ke depan harus bisa bersatu, tinggalkan dahulu baju-baji ormas. Tidakkah kalian rindu disatukan karena AQIDAH?
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa umat Islam belum mati mata hatinya. Dorongan aqidah inilah yang menjadi energi untuk melakukan sesuatu lebih. Berbeda dengan masyarakat saat ini yang lebih bertumpu pada materi. Seolah-olah uang di atas segalanya. Bukankah sudah banyak gambaran bahwa umat ini rela menyerahkan harta, tenaga, dan jiwa demi membela agamanya? Jihad di medan peran pun dilakukan demi mewujudkan kemuliaan Islam. Umat Islam pun rela berlapar-lapar di siang hari pada bulan Ramadhan. Bahkan demi pergi umroh dan haji rela melepas segalanya untuk bisa memandang ka’bah dan berziarah di makam Rasulullah.
Jika saja penghadangan itu terus terjadi, maka umat akan bersatu tak bisa dikalahkan. Umat pun harus menyadari bahwa perasaan islami juga harus diwujudkan untuk perubahan kepada sistem yang lebih baik. Berlandaskan al quran dan sunnah nabi. Beragam persoalan yang mendera negeri ini tak lain karena Syariah Islam diabaikan dalam pengaturan kehidupan. Pemikiran umat Islam pun harus disamakan frekuensinya. Menghadirkan Islam sebagai solusi kehidupan merupakan keniscayaan. Penjelasan Panglima TNI dan Ustadz Bachtiar Natsir sudah jelas bahwa Neoliberalisme dan Neo Imprealisme menjadi pemecah belah umat. Umat harus disipakan untuk cerdas secara politik agar tiada bosan mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar. Jika mereka ingin Islam betul-betul ditegakkan dan diterapkan. Wahai pejabat negara dan pihak keamanan. Jangan hadang keberangkatan umat menuju aksi super damai 212 di Jakarta.
Pesan Kepada Peserta
Energi Al Maidah mampu menggerakkan umat Islam di seluruh Indonesia. Janganlah lupa bahwa Allah Swt mengingkan umat Islam untuk masuk Islam secara sempurna dan kaffah. Islam tak sebatas melarang pemimpin kafir untuk jadi penguasa. Justru Islam meminta agar hukum Allah itu diterapkan dalam kehidupan nyata. Ghirah umat pasca aksi bela Islam III harus terus dijaga. Untuk menuntut penguasa agar mau mengambil AL QURAN dan SUNNAH sebagai landasan kehidupan bernegara. Bukankah Allah sudah mengingatkan dalam surat Al Maidah ayat 50 yang tidak kalah dahsayatnya? Begitu pula Al Maidah 44, 45, dan 47 yang telah memberikan teguran tegas kepada kita? Maka seruan penerapan Syariah dalam Bingkai Khilafah harus menjadi agenda bersama umat Islam sedunia. Ingatlah pesan itu!
(*/arrahmah.com)