(Arrahmah.com) – Bulan Suci Ramadhan datang seperti hujan musiman dan kemudian berlalu. Hujan ini tidak menyirami tanaman dan benih. Hujan ini menyirami hati orang-orang yang beriman. Sangat menyedihkan, tapi hal ini benar, bahwa hati mayoritas Muslim sedang dilanda kekeringan spiritual dan dekadensi moral. Ini adalah kekeringan yang disebabkan oleh terlalu mengumbar aktivitas tidak Islami yang berlebihan. Kekeringan yang disebabkan oleh kurangnya hujan yang menghancurkan tanaman. Kekeringan yang disebabkan oleh kurangnya kesalehan, kurangnya rasa takut kepada Allah dan kurangnya kesadaran akan Allah yang bisa merusak spiritual hati kita.
Ramadhan membawa hujan yang menyirami hati-hati kita yang kemarau. Ramadhan telah mengipasi percikan api amal yang mulai sekarat. Ramadhan membangunkan semangat beribadah yang mulai layu. Ramadhan memupuk kesabaran dan menumbuhkan simpati untuk mereka yang kurang beruntung.
Sekarang Ramadhan telah usai. Pertanyaan besarnya sekarang adalah apa yang harus dilakukan? Apakah kita mengalami semua latihan spiritual selama Ramadan agar kita dapat memiliki kebebasan untuk berpuas diri untuk melakukan segala jenis perbuatan tak bermoral, tahu malu dan tak layak lainnya?
Apakah kita menahan diri dari makanan dan minuman yang halal, serta larangan lainnya dari fajar hingga matahari terbenam sepanjang Ramadhan, agar kita bisa kembali dengan semangat baru untuk terlibat dalam transaksi perdagangan riba, atau prilaku korupsi?
Akankah semangat bersedekah, semangat berbagi, semangat belas kasihan, kesabaran, empati terhadap sesama masih benderang terlihat hingga Ramadhan berikutnya, atau semakin meredup dan layu, dan kemudian lenyap tak berbekas direnggut hari-hari yang dilalui selepas Ramadhan.
Apakah masjid-masjid yang senantiasa penuh di setiap malam sepanjang Ramadhan tetap sama atau akankah kembali kosong? Akankah masjid-masjid itu kembali sepi, menyisakan pilar-pilar membisu yang bertanya-tanya di manakah engkau wahai ummat beriman pergi?
Akankah Al-Qur’an yang selalu menemani hari-hari selama Ramadhan, berlomba-lomba untuk mengkhatamkannya, masihkah terjamah selepas Ramadhan? Atau kembali dibiarkan berdebu di rak-rak, tak tersentuh hingga Ramadhan berikutnya? Kemana semangat itu raib?
Beberapa hal yang harus dilakukan agar semangat kita tidak luntur selepas Ramadhan yaitu dengan mempertahankan kebiasaan baik yang dilakukan selama bulan Ramadhan.
Membiasakan puasa Senin-Kamis
Untuk menjaga semangat ramadhan ada baiknya selepas Ramadhan, dilanjutkan dengan puasa 6 hari pada bulan Syawal, kemudian dirangkai dengan puasa sunnah Senin-Kamis. Setelah melewati masa berpuasa selama sebulan penuh, tentu bukan hal yang berat bagi kita jika selepas Ramadhan kita membiasakan diri untuk berpuasa Senin Kamis. Selain bagus untuk kesehatan, puasa Senin Kamis juga merupakan kebiasaan yang di contohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Membiasakan Shalat Malam
Selama Ramadhan kita sebulan penuh melaksanakan shalat tarawih, dilanjutkan witir, dan juga terbiasa bangun untuk shalat tahajjud. Maka selepas Ramadhan, semangat ini dijaga dengan membiasakan melakukan shalat malam bersama dengan keluarga. Ini adalah cara terbaik untuk menjaga perasaan dan semangat Ramadan senantiasa hidup dalam hati kita.
Selalu Bersama Al-Quran
Bila di bulan suci Ramadan kita dengan semangat tinggi membiasakan tilawah ayat-ayat suci Al-Quran, kini apa yang terjadi setelah Ramadan berlalu? Ternyata berbagai kesibukan telah menyita waktu kita, keseharian kita sibuk dengan dunia pekerjaan, studi, organisasi, rumah tangga, dan sebagainya. Tanpa kita sadari semua itu telah merebut perhatian kita dari Al-Quran.
Seharusnya membaca Al-Quran menjadi kebutuhan vital kita tanpa mengenyampingkan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena dengannya kita bisa menumbuhkan motivasi dan semangat, khususnya ketika dalam kondisi futur.
Bila di bulan Ramadan dengan semangat menggebu kita bisa mengkhatamkan Al-Quran, bahkan mungkin lebih dari sekali, lantas kenapa kita sering berat hanya untuk sekadar membaca satu atau dua halaman Al Qur’an setelah kita menyelesaikan shalat? Ketangguhan seorang pejuang dijalan Allah tidak pernah lepas dari Al-Quran, maka sebagai ummat Islam sudah sepantasnya kita hidupkan Al-Quran dalam ruh kita, dalam keseharian kita.
Membiasakan bersedekah
Bulan Ramadhan biasanya dijadikan juga sebagai momen untuk banyak bersedekah, baik melalui infak ataupun zakat (fitrah dan mal). Sesungguhnya kebiasaan ini harus terus dijaga karena orang membutuhkan uluran tangan tidak hanya pada bulan Ramadhan. Kaum Miskin membutuhkan makanan, pakaian dan kebutuhan lain setiap hari selama 12 bulan. Dan biarkan senyum fakir miskin itu senantiasa mekar akibat uluran tangan kita, belas kasih kita, berbagi makanan, uang, pakaian, walaupun Ramadhan telah usai. Jangan biarkan senyum itu kembali tenggelam dalam kesedihan karena kepedulian kita berakhir bersama dengan berakhirnya Ramadhan.
Senantiasa Menyambung Silaturrahim
Eratnya jalinan persaudaraan tidak akan terbina tanpa kita mau menjaga nilai-nilai dan adab muamalah sesuai dengan tuntunan agama kita. Jika kita mampu menjaganya, yakinlah, insya Allah kita mampu membangun diri lebih maju untuk kejayaan Islam di muka bumi ini.
Ramadan adalah madrasah ukhuwah yang paling ideal. Rasulullah sebagai qudwah kita adalah seorang yang sangat pemurah terhadap sesama dan lebih sangat pemurah disaat-saat Ramadan. Rasulullah ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain, sehingga dengan demikian ikatan ukhuwah dan silaturahim akan senantiasa terjaga.
Berdoa kepada Allah
Hati kita seringkali mengalami fluktuasi keimanan. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita selalu meminta pertolongan kepada Allah untuk menantiasa menjada hati kita, menjaga semangat ibadah kita, dan agar kesibukan dunia tidak memalingkan kita dari mengingat Allah. Semoga semangat ramadhan senantiasa hidup dalam hati kita, dan menemani kita dalam melalui hari di sisa bulan berikutnya, dan semoga semangat ini tetap menyala hingga Ramadhan berikutnya. Dan semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan. Insyaa Allah, Aamiin.
(ameera/arrahmah.com)